Sismanto HS
Akhir-akhir ini sebagai orang tua kita sangat miris dihadapkan dengan anak yang kurang memiliki tanggung jawab pada usianya. Rasa sayang orang tua yang begitu besar kepada anak seakan-akan tidak rela bila anaknya menderita sebagaimana yang telah dilalui orang tuanya pada masa kecilnya dulu.
Padahal melatih anak sejak kecil untuk memiliki tanggung jawab tidak ada salahnya, begitu juga melatih anak bekerja sejak kecil juga tidak ada salahnya. Pendeknya, tugas seorang pelajar adalah belajar, sementara masanya seorang anak adalah bermain.
Dua hal yang saya sebutkan di atas menurut sebagian orang saling bertentangan namun bagi sebagian praktisi pendidikan hal tersebut dapat sinergi, berjalan beriringan serta bisa dikolaborasikan, artinya disamping bermain anak-anak juga belajar.
Adakalanya kita perlu belajar dari orang tua-orang tua kita terdahulu bagaimana mereka mendidik anaknya dengan tanggung jawab. Sejak kecil dulu di kampung ketika saya menjadi anak nelayan, orang tua sudah membiasakan saya untuk memiliki atau diberi tanggung jawab hal-hal sederhana yang harus dilakukan oleh seorang anak nelayan.
Bila bapak saya berlayar pergi menangkap ikan, lebih-lebih "ngijeni" berangkat mencari ikan sendirian, maka sebelum kapal nelayan bapak bersandar di sungai sebelah rumah, maka saya sudah harus berdiri di pinggir pantai untuk menanti kedatangan bapak saya.
Begitu kapal perahu bersandar maka saya sudah harus mengambil tali perahu untuk saya ikatkan di patok yang ada pinggir sungai agar kapal perahu tidak "klenter" di sungai. Saya kemudian naik ke atas perahu kapal untuk mengambil hasil tangkapan ikan atau membantu membawakan jaring untuk dibawa turun ke rumah.
Begitu semua sudah selesai dan bapak bersiap mandi, maka yang saya lakukan adalah membuat kopi khusus untuk bapak, dan sore harinya setelah bermain bersama anak-anak seusia, saya sudah harus kembali di rumah untuk "nintingi" jaring (proses mengurutkan dan meluruskan jaring).
Kebiasaan sederhana inilah yang diajarkan oleh bapak agar saya memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai seorang anak nelayan, bahkan yang lebih "ekstrim" lagi kadang-kadang di akhir pekan begitu saya libur sekolah, maka bapak akan mengajari mengajak saya melaut mencari ikan sebagaimana pekerjaan orang tua.
Pernah suatu ketika saya bertanya kepada bapak, "Bapak, mengapa saya yang masih kecil ini diajak pergi melaut mencari ikan?" suara saya lirih memberanikan diri bertanya dengan sekuat tenaga.
"Nak, bapakmu! dari dulu hingga sekarang selalu menggantungkan hidup dan berpenghasilan dari hasil laut. kemampuan yang bapakmu miliki hanyalah melaut tidak ada yang lain," jawab bapak saya.
Bapak saya tidak memiliki jiwa enterprenur atau berpendidikan yang kerjanya selalu menggantungkan selembar ijazah yang dimiliki. Rela untuk mengetuk pintu kantor satu ke pintu kantor yang lain untuk menanyakan apakah di kantor ini menerima lulusan S1. Bapak memeras keringat di tengah teriknya matahari yang panas menghitamkan kulit dari laut. Makanya, Bapak ingin mengajari saya bagaimana menghadapi kerasnya hidup di dunia ini dengan belajar dari dekat. Toh, nanti jika kelak saya besar sudah menghidupi anak dan istri juga dari hasil laut apabila kamu tidak mendapat pekerjaan yang layak di darat.
Sebuah pembelajaran dari orang tua saya yang ingin mengajari anaknya tanggung jawab terhadap pekerjaan itulah yang diajarkan oleh orang tua-orang tua terdahulu. Kini di tengah membaiknya situasi ekonomi banyak orang tua yang seakan-akan tidak rela bila anaknya diajari atau diberikan beban tanggung jawab yang besar orang tua merasa lebih baik dirinya yang menderita daripada anaknya.
Anggapan ini menurut saya keliru bilamaba mengajari anak tanggung jawab dan mengajari anak bekerja sebagaimana pekerjaan orang tua, bukan lantas kemudian menyamakan dengan kesengsaraan yang telah dilalui oleh para orang tua, namun mengajari anak bekerja merupakan bentuk pembelajaran langsung tanggung jawab seorang anak terhadap tugasnya.
Sangatta, 5 Juli 2017
Keterangan foto : Nahla (anak saya yang besar) naik di atas perahu bersama kakeknya (Mbah Haji)
0 comments