Contoh PTK _tingkat hasil belajar Pengetahuan Sosial (Geografi) siswa kelas 6 SD Pulungan dengan dikembangkan pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.    Latar Belakang Masalah

 

Pengetahuan Sosial adalah salah satu bidang studi yang diajarkan di SD mulai kelas 1 sampai dengan  kelas 6 yang terdiri atas bidang kajian kewarganegaraan, geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Khususnya pada pelajaran geografi, ditengarai banyak siswa kelas 6 SD yang belum terampil membaca peta dan memaknai berbagai konsep geografi secara benar. Hasil identifikasi awal ditemukan ada 2 sekolah di antara 24 SDN yang ada di kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo siswanya belum bisa membaca peta secara benar, yaitu SDN Pulungan dan SDN Pepe. Di antara siswa kelas 6 masih banyak yang salah ketika ditugasi membaca dan mengidentifikasi informasi melalui peta, dan memaknai pelajaran geografi sebagai mata pelajaran yang dihafal, bukan diphami secara mendalam (deep understanding) untuk keperluan kehidupan nyata berkaitan dengan konsep ruang, waktu,  dan wilayah. Pemaknaan yang salah inilah mengakibatkan motivasi belajar geografi siswa sangat rendah. Tentunya akan memberikan dampak akademik dalam bentuk hasil belajar Pengetahuan Sosial (geografi) siswa juga rendah.

Informasi yang dapat diperoleh melalui peta, di antaranya: (1) letak suatu tempat, misalnya letak desa, kecamatan, atau kota, (2) jalur transportasi yang tersedia untuk menuju suatu tempat ke tempat lain, (3) tempat-tempat penting, misalnya rumah sakit, tempat wisata, (4) letak sungai, gunung atau danau dan sebagainya. Melalui membaca peta, ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan pada diri siswa, di ataranya adalah tanggap terhadap lingkungan sekitar, kemampuan menganalisis suatu tempat, dan kemampuan  berkomunikasi melalui peta. Konsep-konsep geogarfi yang perlu dipahami siswa secara mendalam, di antaranya adalah hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Pengetahuan Sosial (29 Agustus 2005) SDN Pulungan, dijelaskan bahwa anak-anak kelas 6 ada 72,5% dari 40 siswa masih sulit membaca peta, lebih-lebih jika disuruh menceritakan tentang informasi yang dapat diperoleh melalui peta. Mereka belum dapat menjelaskan berbagai hal yang dapat diperoleh melalui membaca peta, bahkan berbagai simbol yang ada dalam peta, banyak juga yang belum memahaminya. Misalnya jalan kereta api, gunung, sungai, kota kecamatan, kota/kabupaten, ibukota propinsi bahkan ibukota suatu negara. bahwa sekitar 63,8% dari 36 siswa kelas 6 yang belum terampil membaca peta, bahkan juga belum dapat memaknai secara benar berbagai identitas/simbol yang ada dalam peta. Kondisi ini menjadi keluhan guru mata pelajaran Pengetahuan Sosial, dan hal ini hampir ditemukan setiap tahun. Selain itu setiap pembelajaran geografi berlangsung, ada kecenderungan siswa kurang 'asyik' belajar geografi, ketika mereka diajak membahas suatu konsep, misalnya "Iklim di Indonesia." Untuk mencermati iklim di Indonesia, siswa tidak hanya dibelajarkan tentang definisi iklim saja, mereka juga perlu mencermati berbagai faktor yang mempengaruhi adanya iklim di Indonesia, arah angin, keadaan wilayah, dan sebagainya. Agar siswa dapat memahami secara mendalam berkaitan bahasan Iklim, maka peta iklim di Indonesia dapat diberdayakan sebagai media pembelajaran. Yang menjadi pertanyaan adalah, sudah terampilkah siswa membaca peta iklim? Hal inilah rupanya yang menjadi kendala bagi hampir setiap guru geografi di SD. Pertanyaan berikutnya muncul, "Siapakah yang salah?, Bagaimana kemampuan siswa, dan bagaimana keterampilan mengajar guru?" Serentetan pertanyaan ini diduga disebabkan oleh berbagai faktor. Hal ini diduga bahwa selama ini guru berperan sebagai "juru transfer informasi" yang menekankan pada hasil belajar, dan bukan pada proses belajar, bagaimana siswa belajar, dan strategi pembelajaran yang bagaimana yang dapat memotivasi siswa belajar.

Hasil pengamatan peneliti selama 1 bulan, bahwa guru mata pelajaran Pengetahuan Sosial cenderung memilih strategi pembelajaran konvensional (metode ceramah dan tanya jawab). Sementara siswa belum dikenalkan berbagai cara membaca peta, dan juga belum dikenalkan berbagai identitas atau simbol informasi yang ada dalam peta. Di sisi lain siswa belum terkondisi untuk menganalisis sesuatu termasuk bagaimana cara membaca dan mempelajari peta yang benar dengan memaknai berbagai simbol atau identitas yang tertera dalam peta. Pada kompetensi siswa dalam pembelajaran geografi yang lain, misalnya berkemampuan melakukan analisis kebutuhan warga masyarakat dari sisi eknomi, pendidikan, dan transportasi. Selama ini pembelajaran geografi diduga ada kecenderungan bahwa guru hanya berkomunikasi dan berinteraksi satu arah dalam pembelajaran, yaitu antara siswa dengan guru atau sebaliknya. Sementara komunikasi antara siswa dengan siswa frekuensi diberdayakannya sangat rendah. Di sisi lain guru belum optimal memberdayakan lingkungan alam sekitar siswa sebagai media pembelajaran geografi. Dampak yang dijumpai dalam masyarakat, di antaranya adalah siswa cenderung kurang akrab bahkan apatis dengan masyarakat dan lingkungan sekitar dengan berbagai aspek yang ada di alam sekitar.  Suatu contoh, siswa masa bodoh dengan keikursertaan melestarikan fungsi sungai yang ada di depan rumahnya. Mereka menganggap sah-sah saja membuang sampah di sungai. Kondisi inilah yang memicu siswa kurang berkembang kemampuan berpikir kritis. Strategi pembelajaran yang dipilih guru kurang memotivasi belajar siswa. Selain itu ada beberapa potensi siswa, dan penataan lingkungan yang belum dioptimalkan oleh guru. Potensi tersebut, antara lain: (1) belajar kooperatif, dan (2) kemampuan berpikir kritis. Sedangkan penataan lingkungan belajar yang belum dioptimalkan adalah: (1) lingkungan belajar yang menyenangkan, dan (2) lingkungan belajar alam sekitar.

"Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih 'hidup' dan lebih 'bermakna' karena siswa 'mengalami' sendiri apa yang dipelajarinya" (Nurhadi; Yasin; Senduk, 2004:5). Pada bagian lain disebutkan bahwa teori pembelajaran kontekstual berfokus pada multiaspek lingkungan belajar di antaranya adalah ruang kelas, laboratorium sains, laboratorium komputer, tempat bekerja, tempat-tempat lainnya, misalnya ladang, sungai dan sebagainya (Nurhadi; Yasin; Senduk, 2004). Artinya, bahwa belajar tidak selalu di kelas, sesuai dengan konteks yang dikaji oleh siswa bersama guru dapat juga belajar di luar kelas, di alam bebas misalnya melalui berkemah.

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang sangat memungkinkan siswa memperkuat, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan suatu bahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Memaknai konsep ini berarti pembelajaran kontekstual menekankan  berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan dan disiplin ilmu, dan mengumpulkan, menganalisis, dan menyintesiskan informasi dan data dari berbagai sumber dan sudut pandang. Kemampuan ini dapat  dimiliki oleh siswa jika kemampuan berpikir kritis siswa berkembang secara optimal. Kondisi ini dapat dicapai oleh siswa, jika dirinya memperoleh pemahaman secara mendalam (deep understanding)  terhadap yang telah dipelajarinya, di antaranya adalah keterampilan membaca peta, keterampilan menganalisis berbagai aspek yang ada di masyarakat yang terkait dengan pelajaran Pengetahuan Sosial (geografi).

Berkemah adalah salah satu alat pendidikan dan strategi latihan yang dikembangkan oleh Gerakan Pramuka untuk mendidik anggota Pramuka agar dapat hidup mandiri dengan berkooperatif sesama anggota Pramuka lainnya. Melalui kegiatan perkemahan diharapkan anggota Pramuka dapat memiliki dan memecahkan berbagai persoalan kehidupan, pengetahuan dan keterampilan yang dikemas dalam berbagai kegiatan selama berkemah. Dalam kegiatan berkemah anggota Pramuka berkoperatif dengan anggota Pramuka lainnya untuk memecahkan suatu persoalan  yang dikemas dalam berbagai tugas yang dikerjakan secara beregu/kelompok. Keberhasilan regu/kelompok menyelesaikan tugas adalah hasil kooperatif, bukan pekerjaan individu-individu. Sudah menjadi prinsip dasar pendidikan gerakan Pramuka bahwa setiap keberhasilan regu/kelompok yang mencapai suatu prestasi, pembina Pramuka berkesempatan memberikan penghargaan (reward), begitu juga dalam kegiatan berkemah. Prinsip dasar pendidikan yang dikembangkan oleh gerakan Pramuka ini, sebenarnya selaras dengan pandangan belajar menurut pandangan konstruktivistik yang merupakan landasan konseptual pembelajaran kontekstual.

Kegiatan berkemah yang dikembangkan oleh gerakan Pramuka ini, kiranya dapat diadaptasikan sebagai strategi pembelajaran Pengetahuan Sosial (geografi), khususnya untuk membelajarkan siswa tentang Membaca Peta yang dikemas dalam berbagai kegiatan berkemah dan kemampuan menganalisis potensi yang ada dalam masyarakat di sekitar siswa dengan perbagai sudut kajian (mislanya: ekonomi, pendidikan dan transportasi).

Selama kegiatan berkemah, siswa berada di lingkungan alam bebas tanpa batas dinding kelas. Guru memberdayakan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran yang dominan selain menggunakan peta daerah sekitar, baik berupa peta desa, ataupun peta kecamatan. Melalui kegiatan penjelajahan (Hiking), siswa secara beregu/kelompok menggunakan peta untuk menuju berbagai tempat yang harus didatangi untuk memecahkan persoalan/konsep-konsep geografi yang terkait dengan potensi yang ada dalam masyarakat sekitar siswa. Melalui kegiatan berkemah bagi siswa kelas 6 SD Pulungan Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo diharapkan siswa mampu memecahkan persoalan yang terkait dengan pembelajaran geografi, khususnya membaca peta dan menganalisis potensi yang ada dalam masyarakat sekitar siswa.

Berdasarkan permasalahan pembelajaran Pengetahuan Sosial siswa kelas 6 SD yang ditemukan di lapangan, kiranya perlu segera dicari solusi pemecahan, dengan maksud agar hasil belajar Pengetahuan Sosial mereka dapat diperbaiki dan dioptimalkan dengan memilih alternatif  pemecahan melalui pembelajaran kontekstual model berkemah dengan pemberdayaan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran.

 

B.     Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

  1. Rumusan Masalah

Upaya untuk memperbaiki pembelajaran, adalah kewajiban bagi semua dosen dan guru baik dari sisi pembelajaran, maupun dari sisi siswa. Berkaitan dengan permasalahan yang ingin dipecahkan, maka rumusan masalah  yang dipecahkan  melalui penelitian sebagai berikut.

"Bagaimanakah tingkat hasil belajar Pengetahuan Sosial (Geografi) siswa kelas 6 SD Pulungan dengan dikembangkan pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar?"

 

2.   Ruang Lingkup Penelitian

      Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini, meliputi:

a.       Subjek penelitian adalah siswa kelas 6 SDN Puluingan Kecamatan Sedati Sidoarjo. Subjek ini sengaja dipilih, karena pada semester gasal ini, ada indikator belajar Pengetahuan Sosial yang akan dicapai yaitu menggunakan peta untuk memperoleh suatu informasi.

b.      Batasan masalah, dalam hal ini indikator peningkatan hasil belajar geografi: (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan, ekonomi, yang ditemukan selama berkemah bersama, dan (d) melaporkan hasil temuannya yang disertai analisisnya tentang tugas-tugas geografi yang dikemas dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS) selama perkemahan berlangsung.

 

3.      Pemecahan Masalah

a.   Identifikasi alternatif tindakan

                 Permasalahan pembelajaran geografi di SD Pulungan Kecamatan Sedati  Sidoarjo khususnya yang berkaitan dengan kemampuan siswa membaca peta dan menganalisis potensi masyarakat yang ada di sekitar siswa dapat dioptimalkan dengan membelajarkan siswa menyatu dengan lingkungan alam sekitar. Artinya siswa akan dapat menemukan sendiri dan memaknai terhadap yang ditemukan di sekitar lingkungannya yang dipecahkan melalui pembelajaran kontekstual dalam bentuk berkemah. Model pembelajaran ini diduga sangat cocok dengan permasalahan geografi yang ingin dipecahkan. Melalui kegiatan berkemah siswa dimungkinkan dapat melakukan bersama kelompoknya (cooperative learning)  melakukan penjelajahan (hiking). Selama kegiatan penjelajahan ini, siswa diberikan problem solving dan setiap kelompok tiba di suatu pos diberikan kuis (sejumlah pertanyaan) yang berkaitan dengan; identifikasi makanan sehari-hari penduduk setempat, perilaku penduduk dalam bergotong royong dan hidup bertetangga, gaya hidup dan komunikasi penduduk, tradisi dalam memperingati hari besar agama dan nasional, serta mendeskripsikan suatu perjalanan yang dipandu oleh peta. Selama  kegiatan penjelajahan berlangsung, tim (kelompok) dibekali peta desa dan mereka melakukan penjelajahan harus mengikuti route yang telah ditunjukkan dalam peta desa. Selama berkemah, siswa diharapkan mengikuti seluruh kegiatan yang sudah dikemas dalam bentuk kuis, permainan, dan penjelajahan (hiking).

c.       Cara pemecahan masalah

                 Perbaikan hasil belajar Pengetahuan Sosial melalui tindakan pembelajaran kontekstual model berkemah dengan media pembelajaran lingkungan alam sekitar ini direncanakan dilaksanakan dua siklus, yang dirancang dua atau tiga kali pertemuan/berkemah (tergantung pada kondisi lapangan dan pelaksanaan tindakan). Kegiatan ini dilaksanakan dalam Perkemahan Sehari (PERSARI). Waktu tatap muka setiap pertemuan/berkemah selama 10 jam dan dilaksanakan setiap hari Sabtu.

 

d.      Indikator Keberhasilan Tindakan

     Indikator keberhasilan tindakan, dapat ditemukan adanya perubahan pada siswa dalam hal: (1) tim (kelompok) 80% dapat memecahakan permasalahan konsep geografi yang dikemas dalam bentuk kuis dan permainan, (2) 80% benar dalam mendeskripsikan suatu perjalanan yang dipandu oleh peta dengan beberapa alternatif pemecahan, dan (3) tim tidak tersesat dan 80% dapat menyelesaikan kuis/tugas yang harus diselesaikan pada setiap pos penjelajahan (hiking), serta 80% siswa dapat bekerja dalam  tim (kelompok).

 

C.  Tujuan penelitian

 

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

a.       Menemukenali tingkat kemampuan siswa kelas 6 SD Pulungan dalam mengikuti pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan dikembangkan pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar.

b.      Mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca peta dan pemahaman konsep-konsep geografi yang terkait  dengan dikembangkan pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar.

c.       Mendeskripsikan kualitas hasil belajar membaca peta dan pehamanan konsep-konsep geografi yang terkait bagi siswa kelas 6 SD dengan dikembangkan pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar.

 

D.  Manfaat Hasil Penelitian

 

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, dan dapat bermanfaat, di antaranya:

a.       Bagi siswa dapat meningkat kemampuan, keterampilan dan pemahaman yang mendalam (deep understanding) dalam menelaah isi pesan pembelajaran Pengetahun Sosial (geografi)

b.      Bagi guru akan memperoleh kemudahan dalam membelajarkan siswa berkaitan dengan berbagai konsep Pengetahuan Sosial. Di samping itu guru menemukan alternatif pemecahan masalah pembelajaran yang selama ini dirasakan ada kendala dan perlu ditingkatkan kualitas pembelajaran Pengetahuan Sosial (geografi)

c.       Bagi dosen dapat berperan aktif ikut memecahkan permasalahan pembelajaran Pengetahuan Sosial yang dikeluhkan oleh guru dan dapat dipecahkan secara kolaboratif antara dosen dan guru yang bersangkutan.

d.      Bagi sekolah secara khusus dan Dinas Pendidikan pada mumunya telah memiliki sejumlah dokumen pemecahan masalah pembelajaran ilmiah yang dapat digunakan sebagai landasan pengambilan kebijakan dalam upaya peningkatan dan pengembangan pembelajaran inovatif ke depan.

e.       Hasil penelitian ini sangat dimungkinkan ke depan dapat dilaksanakan secara kolaboratif antara guru bidang studi Pengetahuan Sosial, Sekolah dan Pembina Pramuka secara bersama-sama mengemas kegiatan Perkemahan Sehari (PERSARI) yang di dalamnya dibelajarkan Pengetahuan Sosial (yang terkait dengan konsep-konsep geografi, ekonomi, dan sosiologi).

 

E.  Definisi Operasional, dan Ruang Lingkup Penelitian

 

           Definisi operasional ini digunakan untuk menegaskan maksud berikut: Peningkatan Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya perubahan kemampuan akademik dari yang kurang baik menjadi lebih baik pada diri siswa yang ditunjukkan oleh pencapaian hasil evaluasi belajar siswa selama proses dan setelah akhir pembelajaran.

Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang dibelajarkan kepada siswa kelas 6 SD, dengan salah satu sub mata pelajaran geografi.

Pembelajaran Kontekstual Model Berkemah adalah salah satu model pembelajaran yang diterapkan di alam terbuka di luar kelas dengan berdasar pada pendekatan pembelajaran kontekstual.

Media Pembelajaran Lingkungan Sekitar yang dimaksud adalah media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial (geografi) siswa kelas 6 SD dengan pemberdayaan lingkungan alam sekitar perkemahan.

Berdasarkan definisi operasional yang disebutkan, maka yang dimaksud oleh judul dalam penelitian ini adalah dengan dikembangkan pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar akan terjadi perubahan-perubahan kemampuan akademik yang lebih baik yang ditunjukkan oleh siswa dalam kompetensi: membaca peta dan konsep-konsep geografi yang terkait pada mata pelajaran Pengetahuan Sosial (geografi), bekerja dalam tim (kelompok), serta diskusi kelompok.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

            Kajian pustaka ini dimasudkan memberikan landasan teoritis terhadap  permasalahan penelitian tindakan kelas yang dipecahkan yang berkaitan dengan: (a) pembelajaran kontekstual, (b) pembelajaran Pengetahuan Sosial, (c) model pembelajaran berkemah, (d) media pembelajaran lingkungan alam sekitar, dan (e) keterkaitan Pengetahuan Sosial, pembelajaran kontektual, dan lingkungan alam sekitar.

Pembelajaran Kontekstual Johnson (2002:25 dalam Mulyasa, 2004: 12)  bahwa sistem pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari  dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadi, sosial dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem pembelajaran kontekstual akan menuntun siswa melalui ke-8 komponen utama kontekstual yaitu: melakukan hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara/merawat pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi dan menggunakan assesmen autentik. Secara bebas bahwa yang dimaksud pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

       Mulyasa (2004) mengemukakan bahwa dalam menerapkan pembelajaran kontekstual di kelas, hendaknya memperhatikan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang dijelaskan berikut ini.

1.      Konstruktivistik: artinya mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, pengetahuan dan keterampilan barunya.

2.      Inkuiri sebagai strategi belajar, hendaknya siswa melaksanakan kegiatan inkuiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan pada semua bidang studi.

3.      Bertanya sebagai alat belajar: kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4.      Menciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok)

5.      Menunjukkan model sebagai contoh pembelajaran, misalnya benda-benda, guru, siswa lain, karya inovasi, dan lain-lain.

6.      Melakukan refleksi pada akhir pertemuan, agar siswa merasa bahwa hari ini mereka telah belajar sesuatu.

7.      Melakukan penilaian autentik (yang sebenarnya): dari berbagai sumber dengan berbagai cara.

Berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa, untuk menerapkan pembelajaran kontekstual Nurhadi; yasin; Senduk (2004), menjelaskan bahwa guru perlu memegang prinsip  pembejaran kontekstual seperti berikut.

  1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental (developmentally appropriate) siswa. Dalam hal ini, hendaknya guru mampu menyelaraskan antara isi kurikulum dengan strategi penyampaian pembelejaran yang akan digunakan yang didasari oleh kondisi social, emosional, dan perkembangan intelektual siswa. Oleh karena itu guru dalam merencanakan pembelajaran, hendaknya memperhatikan usia dan karanteristik setiap individu, kondisi social serta lingkungan budaya siswa. Tentunya kedalaman pembahasan pada suatu materi ajar antara siswa SD akan berbeda dengan siswa SMP atau SLTA.
  2. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (independent learning groups). Siswa saling belajar antar sesama teman dalam kelompok-kelompok kecil, dan mereka bekerja sama dalam tim yang lebih besar (kelas). Kemampuan ini akan mengantar siswa untuk mampu bekerja sama dengan orang lain dan dengan konteks yang lain. Oleh Karen itu peran aktif siswa sangat diharapkan.   
  3. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning). Lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri, ada 3 karakteristik umum, yaitu: kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan. Dalam upaya menumbuhkan pembelajaran mandiri bagi siswa, siswa membutukan pemahaman terhadap kekuatan dan kelemahannya untuk menata tujuan yang diinginkan dan membangun strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Jika siswa memiliki keterampilan ini, maka dirinya akan mencapai kompetensi dan rasa percaya diri. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada dirinya akan pentingnya memanfaatkan waktu untuk berpikir, dan merefleksikan suatu pilihan berkaitan dengan tantangan hidupnya.

Di sisi lain, guru hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar, agar siswa dapat merefleksikan bagaimana mereka belajar, menylesaikan tugas-tugas sekolah, mengatasi hambatan, dan bekerja sama secara harmonisdengan guru yang lain. Dengan demikian pembelajaran mandiri dapat membantu siswa di dalam menggunakan pikirannya  untuk mengarahkan perencanaan mereka, menyeleksi prestasi mereka, sehingga siswa seara efektif dapat menyelesaikan masalah yang disajikan bagi mereka.

  1. Mempertimbangakn keragaman siswa (disversity of students). Dalam kelas, guru mengajar siswa dengan berbagai keragaman (keunikan) yang dimilikinya, misalnya dalam hal: latar belakang suku bangsa, status sosial ekonomi, bahasa ibu yang digunakan, atau mungkin kemampuan intelektualnya. Di sinilah guru diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
  2. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelligence) siswa. Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, hendaknya guru memperhatikan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa. Gardner (1993) menyebutkan bahwa ada 8 kecerdasan yang dapat dikembangkan pada seseorang, yaitu: spasial-verbal, linguistic-verbal, inter-personal, musical-ritmik, naturalis, badan-kinesketika, intrapersonal, dan logismatematis. Jika guru mampu memadukan berbagai strategi pendekatan pembelajaran kontekstual, maka sangat dimungkinkan pembelajaran akan lebih efektif bagi siswa dengan berbagai kecerdasannya
  3. Menggunakan tektik-teknik bertanya (questioning) untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Agar pembelajaran kontekstual mencapai tujuannya, maka jenis, dan tingkat pertanyaan yang dibuat oleh guru hendaknya dapat mengembangkan kemampaun berpikir kritis, tanggapan, dan tindakan yang diperlukan siswa dalam proses pembelajaran kontekstual.
  4. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment). Dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual hendaknya guru menerapkan asesmen autentik. Asesmen autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan berpikir kompleks siswa. Kondisi alamiah pembelajaran kontekstual memerlukan penilaian interdisiplin yang dapat mengukur  pengetahuan dan keterampilan yang lebih dalam dengan cara yang bervariasi.

 Berpijak dari uraian tersebut, ada satu hal  mendasar yang harus diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu adanya saling terkait antara komponen satu dengan yang lainnya dan diharapkan diterapkan secara bersama-sama agar mencapai hasil yang optimal.   Di sinilah peran guru untuk menjadi fasilitator dan motivator, dan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Di antara komponen utama dan prinsip penerapan pembelajaran kontekstual adalah berorientasi pada pandangan belajar: teori konstruktivistik dan menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Sedangkan pembelajaran tradisional (konvensional) berpijak pada pandangan belajar: teori behavioristik. Berikut ini dapat dicermati perbedaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional.

 

No.

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PEMBELAJARAN TRADISIONAL

1.

 

2.

 

3.

 

4.

5.

 

 

6.

 

7.

 

 

8.

 

 

9.

 

 

10.

 

 

 

11.

 

 

 

 

12.

 

 

 

 

13.

 

 

14.

 

 

15.

 

16.

 

 

17.

 

18.

 

19.

 

20.

 

 

Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Siswa belajar dai teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.

Pembeljaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan.

Perilaku dibangun atas kesadaran diri.

Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

 

Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan  diri.

Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan.

Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata.

Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa.

 

Pemahaman rumus itu relative brbeda antara siswa satu dengan dengan yang lainnya, sesuai dengan skemata siswa (ongoing process of development).

Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran.

Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri, dan manusia membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamnnya.

Pengetahuan yang dibangun oleh manusia itu sendiri bersifat temporer dan selalu berkembang..

Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembe-lajaran mereka masing-masing.

Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan.

Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes . dan lain-lain.

Pembelajaran terjadidiberbagai tempat, konteks, dan setting.

Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek.

Perilaku baik berdasar motivasi intrinsic.

 

Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat.

 

Siswa adalah penerima informasi secara pasif

Siswa belajar secara individual

 

Pembelajaran sanat abstrak dan teoristik

 

Perilaku dibangun atas kebiasaan

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan

 

Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.

Seseorang tidak melakukan jelek karena tahut hukuman.

 

Bahasa diajarkan dnegan pendekatan structural: rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill).

Rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan.

Rumus adalah kebenaran absolute (sama dengan smua orang). Hanya ada dua kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang salah, atau yang umus yang benar.

Siswa secara pasif menggunakan rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal, tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembe-lajaran.

Pengetahuan adalah penangkapan fakta, konsep, atau hokum yang ada di luar diri manusia.

 

 

Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final.

 

Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

 

Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa.

Hail belajar hanya diukur dengan tes.

 

 

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas.

 

Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek.

Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik

Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukannya. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menye-nangkan.

 

  

   Sumber: Nurhadi; Yasin; Senduk (2004:35-36)

 

Berdasarkan temuan Nur dkk (1997) ternyata secara meyakinkan pembelajaran kooperatif yang di dalam pelaksanaannya siswa belajar dalam kelompok-kelompok dapat meningkatkan berbagai aspek yang ada pada diri siswa, baik aspek akademik, maupun berbagai keterampilan sosial. Aspek akdemik yang dapat dikembangkan di antaranya adalah terjadinya pemahaman yang lebih mendalam (deep understanding) bagi siswa,  hasil belajar yang lebih tinggi, dan retensi bagi siswa lebih lama. Adapun aspek-aspek keterampilan sosial yang berkembang dalam diri siswa melalui pembelajaran kooperatif di antaranya adalah terjadinya penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu lebih kecil,  konflik antar pribadi berkurang, sikap apatis berkurang, meningkatnya kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Aspek lain yang tumbuh dalam pembelajaran kooperatif adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar pada diri siswa dibangun oleh salah satu karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu bentuk hadiah (reward), penghargaan atau struktur pencapaian tujuan saat  kelompok (siswa) melaksanakan kegiatan. Pada pembelajaran kooperatif siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika siswa lain juga akan mencapai tujuan tersebut. Di sinilah letak perbedaan prinsip antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran konvensional. Pelaksanaan pembelajaran konvensional menekankan bahwa keberhasilan seorang siswa tercapai jika dirinya dapat mengalahkan siswa yang lain dan hal ini berlangsung secara kompetitif. Salah satu wujud "hadiah/penghargaan" bagi siswa yang berhasil dalam suatu kegiatan pembelajaran kompetitif adalah pemberian ranking kepada setiap siswa. Ironinya ranking ini menjadi kebanggan bagi sebagian besar orang tua atas keberhasilan belajar yang dicapainya dalam kurun waktu tertentu/semester.

Temuan penelitian lain tentang peningkatan prestasi belajar siswa berkesulitan belajar membaca dan menulis melalui pendekatan kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) di SD disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TAI berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa berkesulitan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 1 dan 2 SD (Murtadlo, 2005). Dalam penelitian Murtadlo (2005) termasuk jenis penelitian eksperimen dengan sampel kecil n = 5 yang pelaksanaannya setiap perlakuan baik eksperimen maupun kontrol dikenakan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar pelajaran bahasa Indonesia. Hasil akhir menunjukkan bahwa 5 orang siswa yang diberi perlakuan pembelajaran kooperatif TAI menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran klasikal. Satu hal yang perlu disikapi adalah jika penelitian ini dipilih jenis penelitian tindakan kelas, maka akan sangat dimungkinkan 10 siswa yang mengalami kesulitan belajar bahasa Indonesia akan lebih baik prestasi belajar bahasa Indonesia mereka.

Temuan penelitian Wijiastuti, Masitoh dan Andajani (2002) menunjukkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif dengan menggunakan strategi Think-Paire-Share ternyata prestasi pelajaran IPA bagi anak yang mengalami gangguan penglihatan (tunanetra) kelas 4 dan kelas 5 SD meningkat secara signifikan. Penelitian ini menggunakan total sampel, artinya semua siswa dikenai perlakuan eksperimen. Hasil akhir menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas 4 dan kelas 5 SD Tunanetra, hasil belajar mereka lebih baik dibandingkan dengan sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi Think-Paire-Share. Artinya bahwa strategi Think-Paire-Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa tunanetra.

Temuan penelitian (Box; Litle, 2003) menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran  kelompok kecil melalui model pembelajaran Jigsaw sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif ternyata dapat mengembangkan  konsep diri siswa  sebagai upaya meningkatkan kemampuan akademik yang lebih baik dalam pelajaran Pengetahuan Sosial.

Dengan memperhatikan paparan dari beberapa temuan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif dengan berbagai pilihan strategi kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran terhadap berbagai mata pelajaran, memberikan bukti penguat bahwa  pembelajaran kooperatif yang merupakan salah satu komponen utama penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berpijak dari berbagai temuan pembelajaran kooperatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti berharap bahwa temuan penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberi kontribusi terhadap perbaikan kualitas pembelajaran dalam hal: hasil belajar Pengetahuan Sosial melalui pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar pada pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas 6 SD.

 

A.    Pembelajaran Pengetahuan Sosial

Mata pelajaran Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu sebagai penyerdahanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan ekonomi (Mulyasa, 2004: 194)

Pembelajaran Pengetahuan Sosial kelas 6 SD teralokasi waktu/minggu ada 4 jam tatap muka.  Berdasarkan kurikulum 2004, kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah "Kemampuan mengkaji Indonesia dalam hubungannya dengan negara-negara lain di dunia." Berikut ini dikemukakan Silabus Pengetahuan Sosial yang memerikan tentang hasil belajar dan indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial kelas 6 SD

HASIL BELAJAR

INDIKATOR

Ø  Memiliki gambaran tentang hubungan Indonesia dan negara-negara tetangga

 

 

Ø  Memahami organisasi ASEAN

 

 

 

 

 

 

 

Ø  Memahami kondisi geografis dunia

 

 

 

 

 

 

 

 

Ø  Memahami dampak globalisasi terhadap berbagai bidang kehidupan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ø  Memahami keberadaan perusahaan asing di Indonesia

 

1.      Menunjukkan pada peta letak dan nama-nama negara tetangga Indonesia

2.      Membandingkan ciri-ciri geografis Indonesia

3.      Mengidentifikasi bentuk kerja sama Indonesia dengan negara tetangga

 

1.       Menjelaskan latar belakang dan tujuan organisasi ASEAN.

2.       Menceritakan perkembangan keanggotaan negara ASEAN.

3.       Menunjukkan pada negara-negara anggota ASEAN.

4.       Membuat grafik perkembangan eksport dan import.

5.       Menunjukkan pada peta rute-rute perdagangan antara Indoensia dengan negara-negara tetangga.

 

1.      Menunjukkan pada peta nama, letak benua dan samudera

2.      Menggunakan garis lintang untuk mengidentifikasi secara umum wilayah-wilayah (iklim dingin, sedang dan panas).

3.      Menggunakan garis lintang pada peta untuk mengidentifikasi secara umum zona vegetasi (guirun, hutan, padang rumput), dan fauna.

 

 

1.           Menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan lingkungan

2.           Mengidentifikasi kasus-kasus globalisasi dalam periklanan, pariwisata, migrasi, dan telekomunikasi.

3.           Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian, nilai-nilai, komunikasi, perjalanan, dan tradisi.

4.           Menjelaskan dampak perubahan sosial terhadap kehidupan

5.           Menceritakan peristiwa mutakhir dari berbagai sumber, misalnya politik, olah raga, bencana alam

 

1.          Menjelaskan beberapa alasan beroperasinya  perusahaan-perusahaan asing di Indonesia.

2.          Memberikan contoh-contoh keuntungan dan kerugian perusahaan asing di Indonesia

 

     

Sumber data: Mulyasa (2004: 208-210)

 

Dengan mencermati silabus Pengetahuan Sosial untuk kelas 6 SD ditemukan di antara indikator belajar ada beberapa indikator belajar yang akan dipahami secara mendalam (deep understanding) oleh siswa, yaitu: kemampuan membaca peta dan mengidentifikasi terjadinya perubahan masyarakat dengan membuat daftar perubahan masyarakat, serta dampak perubahan sosial terhadap kehidupan. Ketiga indikator belajar Pengetahuan Sosial inilah yang ingin  diperbaiki hasil belajar siswa dengan memberikan tindakan pembelajaran melalui pembelajaran kontekstual model berkemah dengan memanfaatkan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran.

 

B.     Berkemah suatu Model Pembelajaran Alternatif

Selama ini sebagian besar warga masyarakat beranggapan bahwa berkemah hanyalah semata-mata salah satu kegiatan yang ada dalam Pramuka. Jika kita menelusuri hakikat dan prosedur berkemah, sebenarnya dapat diadaptasikan sebagai model pembelajaran alternatif. Mengapa tidak?  Di dalam berkemah, seluruh peserta perkemahan berkewajiban mengikuti aturan yang berlaku dalam perkemahan yang di dalamnya terkandung kaidah-kaidah pembelajaran. 

Kwartir Nasional (1997) menyebutkan bahwa berkemah sebagai alat pendidikan.  Di dalamnya dijelaskan bahwa dengan berkemah, anggota Pramuka  dapat tumbuh: rasa cinta alam ciptaan Tuhan, mengakui akan kebesaran dan keagungan Sang Pencipta, jiwa mandiri, sikap tolong menolong, sikap toleransi, dan sikap gotong royong.

Suatu contoh, agar setiap peserta perkemahan dapat dipantau keberadaannya untuk menghindari kemungkinan negatif, maka setiap meninggalkan kemah diwajibkan ijin atau memberitahukan kepada Pemimpin Regu dan Pembina Perkemahan. Dalam hal ini kedisiplinan dibelajarkan kepada mereka. Contoh lain, setiap peserta perkemahan  hendaknya saling menghargai antar teman satu dengan lainnya, dan menjaga kerukunan antar sesamanya. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat mengendalikan emosional diri, dan mereka dapat menemukan sesuatu dari alam terbuka bahwa seseorang hidup berdampingan dengan yang lain dan saling memerlukan, serta saling menolong satu dengan yang lain. Dari contoh kecil ini dapat kita temukan suatu prediksi bahwa kegiatan berkemah dapat sebagai model pembelajaran.

Mata pelajaran Pengetahuan Sosial merupakan pengetahuan aplikatif, artinya siswa belajar Pengetahuan Sosial tidak hanya dihafal, bahkan lebih dari itu mereka diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ideal ini akan lebih cepat dicapai jika siswa belajar secara kooperatif, di antaranya melalui model pembelajaran berkemah. Dengan berkemah banyak idikator belajar Pengetahuan Sosial yang dapat diperbaiki dan dioptimalkan pada diri siswa melalui aktivitas belajar dalam tim (beregu).

 

C.    Media Pembelajaran Lingkungan Alam Sekitar

Media adalah semua bentuk dan saluran yang digunakan dalam proses penyampaian informasi (AECT, 1977: 201). National Education Association membatasi bahwa "media adalah bentuk-bentuk komunikasi, baik cetak maupun audio visual serta peralatannya" Martin dan Briggs (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media ini bisa berupa perangkat keras seperti komputer,  televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat-perangkat keras itu. (Sadiman, 1990: 6). Lebih lanjut Miarso (1990:84) mengatakan bahwa yang dimaksud "media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa."  Gagne (1992:205) menyebutkan bahwa "ada tujuh macam kelompok media tanpa menyebut jenis dari masing-masing medianya, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan video." Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud "media pengajaran adalah komponen strategi penyampaian pengajaran yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada si-belajar, apakah itu orang, alat, atau bahan (Degeng, 1989:320)

Sebagaimana dikemukakan oleh Heinich bahwa buku pelajaran, gambar, model, bagan, film, radio, televisi dan sebagainya dianggap sebagai media pembelajaran jika benda-benda tersebut dipakai untuk maksud pembelajaran (1993: 4). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang media, Raharjo mengambil kesimpulan bahwa (a) media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, (b) bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar  (1986: 47). Dengan mengacu pendapat Raharjo, lingkungan alam sekitar dapat dihadirkan sebagai media pembelajaran Pengetahuan Sosial, jika lingkungan alam sekitar berfungsi sebagai  wadah dari pesan-pesan pembelajaran yang akan dibelajarkan kepada siswa.

Sadiman (1986) mengemukakan bahwa jika proses belajar hanya menggunakan metode membaca saja, maka pengetahuan yang mengendap hanya 10%. Jika mendengarkan saja pengetahuan yang mengendap hanya 20%. Melihat saja pengetahuan yang mengendap bisa 50%. Mengungkapkan sendiri, pengetahuan yang mengendap dapat sampai 80%. Mengungkap sendiri dan mengulang pada kesempatan lain, pengetahuan yang mengendap dapat sampai 90%. Mengacu pendapat dari Sadiman (1986) tersebut, jika siswa kelas VI SD dalam mengikuti proses pembelajaran di dalamnya telah dimanfaatkan media pembelajaran lingkungan yang dapat diamati secara langsung lingkungan alam sekitar yang banyak memberikan informasi atau pesan pembelajaran Pengetahuan Sosial melalui pembelajaran kontekstual model berkemah, maka akan meningkat pengetahuan yang mengendap dari 10% (hanya membaca saja) menjadi 50%, akan meningkat lagi endapan pengetahuannya jika mereka dapat mengungkapkannya sendiri.

 

D.    Keterkaitan Pengetahuan Sosial, Pembelajaran Kontekstual,

dan Lingkungan Alam Sekitar

 

Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6 bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan, nilai, dan sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya, untuk mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia masa lampau hingga kini sehingga peserta didik bangga sebagai bangsa Indonesia. Dengan belajar Pengetahuan Sosial, di antaranya siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya. Artinya bahwa siswa dengan mengembangkan keterampilan sosial diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya siswa mampu melakukan suatu perjalanan dari tempat satu ke tempat lainnya dengan dipandu peta daerah setempat yang dibawanya. Selain itu dimungkinkan siswa mampu mengidentifikasi perubahan-perubahan sosial yang ada disekitarnya dengan membandingkan kondisi sosial beberapa tahun sebelumnya. Indikator-indikator belajar Pengetahuan Sosial ini dapat dicapai dan menunjukkan hasil belajar yang optimal, salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat diadaptasikan adalah pembelajaran kontektual model berkemah dengan memperhatikan tujuh komponen utama penerapan pembelajaran kontekstual.

Kegiatan berkemah berarti media pembelajaran lingkungan alam sekitar  serta merta di dalamnya, karena konsep berkemah adalah mengajak peserta perkemahan berada di alam terbuka tanpa batas dinding kelas. Kondisi inilah memberikan peluang besar bagi siswa untuk memberdayakan lingkungan alam sekitar sebagai sumber informasi untuk menerima atau menemukan pesan pembelajaran Pengetahuan Sosial. Suatu contoh, bagaimana siswa dapat mengidentifikasi perubahan sosial yang ada di masyarakat sekitar mereka. Dengan media pembelajaran lingkungan alam sekitar mereka dapat mengamati berbagai aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat.

 

F.  Hipotesis tindakan

Berdasarkan permasalahan yang dipecahkan dan kajian pustaka yang melandasinya, maka hipotesis tindakan dikemukakan seperti berikut, "Hasil belajar Pengetahuan Sosial (geografi) siswa akan baik, jika disajikan dengan pembelajaran kontekstual model berkemah dengan menggunakan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran"

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
           

            Dalam bab ini diketengahkan hal-hal yang berkaitan dengan (a) lokasi dan subjek penelitian, (b) desain penelitian, (c) pelaksanaan penelitian, dan (d) indikator pengukuran keberhasilan tindakan pembelajaran geografi.

 

A.  Lokasi, Waktu dan Karakteristik Subjek Penelitian
  1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian, menggunakan bumi perkemahan "Gelangggang Krida Pramuka Jawa Timur" beralamatkan: Desa Pulungan Kecamatan Sedati Sidoarjo. Jarak lokasi berkemah dengan sekolah dan tempat tinggal siswa berada dalam radios  sekitar 700m.

Pemberian tindakan pembelajaran mata pelajaran  Pengetahuan Sosial melalui pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar direncanakan 2 siklus dengan alokasi waktu 2 x 10 jam tatap muka (setiap kegiatan berkemah: 10 jam tatap muka).

Kegiatan berkemah dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu selama dua kali, yaitu tanggal 2 September 2006, dan tanggal 9 September 2006.  

 

      2.   Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 6 SDN Pulungan keamatan Sedati Kabupaten Sodiarjo, dengan karakteristik siswa sebagai berikut:

a.  Siswa kelas 6 SDN Pulungan berjumlah 38 orang

b. 75% memiliki kemampuan akademik rata-rata, 10% berkemampuan di  bawah rata-rata, 15% berkemampuan akademik di atas rata-rata (berdasar hasil analisis nilai rapor kenaikan kelas 5 ke kelas 6, Juli 2006).

c.  Tempat tinggal siswa berada di sekitar sekolah, dan paling jauh berjarak 700m dari rumah ke sekolah.

 

 

 

 B.   Desain Penelitian

Sesuai dengan jenis dan data yang diperoleh, penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas, model desain penelitian tindakan Kemmis (McNiff, 1992) berdasarkan siklus-siklus. Pelaksanaan tindakan pembelajaran geografi dijabarkan seperti berikut.

DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS: MODEL KEMMIS (1992)

GAGASAN AWAL

Identifikasi pelaksanaan pembelajaran Pengetahuan Sosial siswa kelas 6 SDN Pulungan

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


                                                                     1

                       

 

Implementasi

Langkah I

 
 


Evaluasi

 
                                                                                                           

Perbaikan Rencana

Implementasi

Langkah 2

 
Langkah 1:  Perbaikan LKS

Langkah 2: Pelaksanaan Tin-dakan     Siklus 1

Implementasi Tindakan Siklus 2

 

Perbaikan Rencana Siklus 2

 

Evaluasi (refleksi) hasil tindakan siklus 1:

Siswa (kerja tim) belum mampu menggali peru-bahan masyarakat setempat dalam hal: perilaku, gaya hidup, dan tradisi.

 

 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           

 

 

 

 

 


C.  Pelaksanaan Tindakan melalui Pembelajaran Kontekstual Model Berkemah

Hasil belajar dan indikator belajar yang bersumber dari mata pelajaran Pengetahuan Sosial digunakan peneliti untuk menyusun LKS pembelajaran sebagai instrumen dalam penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dalam hal ini peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Pengetahuan Sosial untuk menetapkan tema  bahasan Pengetahuan Sosial berdasarkan temuan lapangan yang memang benar-benar perlu diperbaiki dari sisi pembelajaran agar hasil belajar Pengetahuan Sosial siswa lebih baik.

    Di bawah ini digambarkan rencana alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran kontekstual model berkemah

Langkah 1 :  Penyusunan Assesmen autentik,  LKS, dan Program Hipotetik   

Penetapan Bahan Ajar Pengetahuan Sosial dan penyusunan Assesmen autentik, beserta LKS melalui tindakan pembelajaran kontekstual model berkemah

 

Peneliti melakukan kolaborasi dengan guru kelas 6 SD untuk mencari, menemukan dan menyusun assesmen autentik dan LKS (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan, ekonomi, yang ditemukan selama berkemah bersama

1.  Implemntasi langkah I:

a.    Guru dan peneliti (dosen) melakukan observasi partisipatif

b.   Membuat catatan lapangan

c.  Peneliti berkolaborasi dengan guru untuk menyusun LKS dan assesmen autentik (indikator: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian, nilai-nilai, komunikasi, perjalanan, dan tradisi, berdasar langkah 1) yang terdiri atas Lembar Kegiatan siswa (LKS) kegiatan berkemah dan LKS pasca berkemah.

d.      Menyusun jadwal acara perkemahan

e.       Penggandaan LKS pembelajaran, assesmen autentik, dan jadwal acara perkemahan

f.       Distrubusi LKS pembelajaran dan jadwal acara perkemahan

g.      Setiap selesai berkemah, tim peneliti bersama guru mata pelajaran Pengetahuan Sosial berdiskusi tentang pelaksanaan perkemahan  berkaitan dengan (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan dan  ekonomi, di antaranya: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian,  komunikasi, perjalanan dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah bersama.

2.   Melakukan evaluasi (refleksi)

                        Dalam menyusun LKS geografi dan assesmen autentik ada satu bagian "tradisi" yang perlu diperbaiki dari sisi redaksionalnya, mengingat penduduk setempat (masyarakat sekitar sekolah dan tempat tinggal siswa)  sebagian besar pendatang. Oleh karena itu perlu diperjelas penuangan kalimat dalam LKS, agar siswa lebih mudah memahaminya dan menemukan yang dicarinya.

 

3.  Perbaikan rencana 

Mengacu  hasil refleksi dari implementasi langkah 1, maka perlu dilakukan perbaikan LKS dan assesmen autentik, khususnya dalam komponen yang mengungkap tentang tradisi yang dilakukan oleh penduduk/masyarakat setempat yang sebagian besar penduduknya adalah pendatang.

           

4.  Implementasi Langkah 2:  Pelaksanaan pembelajaran geografi (siklus 1)

a.       Siswa membentuk kelompok kerja (tim), masing-masing terdiri atas 5 orang, untuk memecahkan persoalan konsep Pengetahuan Sosial yang dikemas dalam bentuk kuis, dan permainan (tindakan siklus I).

b. Tim peneliti dan siswa kelas 6 SD berkemah bersama.

c.  Observasi

   d.  Pada tahap ini guru dan dosen melaksanakan kegiatan berkemah berdasarkan LKS berkemah. Untuk mengamati kegiatan berkemah dengan problem solving berkaitan dengan: (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan dan ekonomi dengan cara: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian,  komunikasi, perjalanan, dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah bersama digunakan instrumen pengamatan aktivitas belajar siswa selama menyelesaikan tugas-tugas dalam perkemahan.

1)      Kelompok kerja siswa melaporkan dan mempresentasikan hasil kegiatan tim.

2)      Klarifikasi hasil diskusi kelompok-kelompok berkaitan dengan temuan hasil  pengamatan.

3)      Refleksi hasil temuan tindakan siklus I

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru dan dosen didiskusikan  bersama untuk menemukan kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang muncul selama perkemahan berlangsung dengan mengacu pada LKS berkemah, instrumen penelitian,  dan kaidah-kaidah berkemah. Kesenjangan yang ditemukan antar teori yang dirujuk dengan hasil pengamatan dibahas oleh tim peneliti, kemudian dirumuskan untuk dilakukan  evaluasi sebagai bahan pertimbangan tindakan perbaikan pembelajaran pada pelaksanaan tahap berikutnya.

Berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus 1, ditemukan ada kelemahan siswa dalam menggali perubahan masyarakat yang berkaitan dengan : perilaku, gaya hidup, dan tradisi. Hasil refleksi menunjukkan bahwa siswa belum mampu mengungkap data yang berkaitan dengan 3 komponen tersebut. Salah satu kelemahan yang perlu diperbaiki adalah LKS yang digunakan instumen untuk menggali ke-3 komponen yang menunjukkan perubahan dalam masyarakat setempat sebagai akibat globalisasi. Oleh karena itu LKS geografi yang ada perlu diperbaiki untuk melanjutkan tindakan siklus 2. Hal ini dimaksudkan agar terjadi peningkatan perolehan belajar siswa selama dilakukan tindakan pembelajaran geografi. Dengan demikian siswa memperoleh pemahaman yang mendalam (deep understanding) terhadap konsep geografi yang dipelajari dalam hal ini membaca peta dan menggunakan peta untuk menggali potensi dan perubahan dalam masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi.

 

     5.    Pelaksanaan pembelajaran geografi siklus 2

a.       Siswa membentuk kelompok kerja (tim), masing-masing terdiri atas 5 orang, untuk memecahkan persoalan konsep Pengetahuan Sosial yang dikemas dalam bentuk kuis, dan permainan (tindakan siklus I).

b.      Tim peneliti dan siswa kelas 6 SD berkemah bersama.

c.       Observasi

d.      Pada tahap ini guru dan dosen melaksanakan kegiatan berkemah berdasarkan LKS berkemah. Untuk mengamati kegiatan berkemah dengan problem solving berkaitan dengan: (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan dan ekonomi dengan cara: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti perilaku, gaya hidup, dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah bersama digunakan instrumen pengamatan aktivitas belajar siswa selama menyelesaikan tugas-tugas dalam perkemahan.

e.       Kelompok kerja siswa melaporkan dan mempresentasikan hasil kegiatan tim.

f.       Klarifikasi hasil diskusi kelompok-kelompok berkaitan dengan temuan hasil  pengamatan.

Berdasarkan hasil kerja kelompok ditemukan bahwa siswa kelas 6 SDN Pulungan sudah dapat memanfaatkan peta sebagai sumber informasi, dengan menggunakan peta siswa dapat melakukan perjalanan (hiking) serta menemukan potensi dan perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi.

 

D.  Indikator pengukuran keberhasilan tindakan pembelajaran geografi

Untuk mengukur pelaksanaan model pembelajaran berkemah sebelum dilakukan tindakan pembelajaran, dan selama dilakukan tindakan pembelajaran dilakukan Analisis Refleksi melalui Diskusi antara guru dengan dosen yang dibantu oleh tiga orang mahasiswa PLB FIP Unesa yang sudah didahului oleh kegiatan refleksi pada Siklus-Siklus. 

1.      Untuk mengukur perubahan hasil belajar Pengetahuan Sosial siswa pada setiap siklus dianalisis dengan mencari rerata (mean) kelas

2.      Untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial  dengan mencari rerata

3.      Triangulasi dan Interpretasi

                     "Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu" (Moleong, 1994:178). Sehubungan dengan kepentingan penelitian ini, dari 4 macam triangulasi yang ada, yaitu triangulasi: (a) sumber, (b) metode, (c) penyidik, dan (d) teori, peneliti sengaja memilih triangulasi; sumber, dan penyidik.

                    Triangulasi sumber digunakan untuk mengecek derajat kepercayaan data yang berkaitan wawasan, dan pemahaman guru tentang pembelajaran kontektual serta pelaksanaan tindakan pembelajaran geografi melalui model berkemah bermedia lingkungan alam sekitar. Triangulasi sumber ini dilakukan oleh peneliti dengan cara membandingkan ke-2 sumber data, yaitu: data hasil pengamatan, dengan data hasil wawancara.

         Adapun triangulasi penyidik, dilakukan dengan cara memanfaatkan observer II (anggota peneliti dari dosen PLB) selama penelitian berlangsung. Triangulasi penyidik ini digunakan untuk membandingkan hasil pengamatan observer I dengan hasil pengamatan observer II dalam pelaksanaan pembelajaran, dan faktor pendukung serta faktor penghambat  yang dihadapi guru selama tindakan pembelajaran kontekstual model berkemah bermedia lingkungan alam sekitar pada pelajaran geografi berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemencengan selama pengumpulan data.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

            Bab IV ini memaparkan hasil penelitian yang berkaitan dengan: (a) pelaksanaan penelitian tindakan kelas berdasarkan siklus mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi pada setiap kegiatan, (b) sajian data hasil penelitian berdasarkan siklus dan perubahan-perubahan dan atau kemajuan yang ditunjukkan oleh siswa selama berkemah, dan aktivitas belajar siswa selama berkemah, analisis data, dan (c) pembahasan hasil penelitian

 

A.    Hasil Penelitian

1.                                                      Pelaksanaan Penelitian

            Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan desain penelitian tindakan kelas model Kemmis (Elliot, 1992) berdasarkan siklus-siklus. Siklus I yang telah terlaksana adalah membelajarkan siswa untuk menemukan perubahan masyarakat setempat di sekitar sekolah dan tempat tinggal siswa yang berkaitan dengan hal: (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan dan ekonomi dengan cara: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian,  komunikasi, perjalanan, dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah bersama.

       Berdasarkan hasil evaluasi (refleksi) tindakan pembelajaran siklus 1, ditemukan adanya kekurangoptimalan hasil kerja kelompok selama berkemah untuk menemukan daftar perubahan masyarakat setempat yang berkaitan dengan: perilaku, gaya hidup, dan tradisi masyarakat setempat. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pembelajaran geograi siklus II agar siswa: (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan dan ekonomi dengan cara: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, yaitu; perilaku, gaya hidup, dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 6 SDN Pulungan Sedati-Sidoarjo berjumlah 38 orang,  dibagi menjadi 8 kelompok yang terdiri atas 4-5 orang/kelompok.

Penelitian ini dilaksanakan selama 12 minggu, mulai mengkomunikasikan kepada Kepala Sekolah dan guru mata pelajaran dan wali kelas VI (sebagai anggota penelitian) sampai pada pemberian asesmen autentik kepada subjek penelitian. Pelaksanaan penelitin dapat dicermati dalam tabel 4.1 berikut ini.

 

Tabel 4.1: Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

 

No.

Tanggal

Kegiatan

Keterangan

1.

 

2.

 

3.

 

 

 

 

 

 

4.

 

5.

 

6.

 

 

 

 

 

 

 

7.

 

 

 

 

 

 

8.

 

12 Juli. 2006

 

26 Juli 2006

 

20 Agustus. 2006

 

 

 

 

 

 

27 Agustus 2006

 

    29 Agustus 2006

 

   2  September 2006

 

 

 

 

 

 

 

   9 September 2006

 

 

 

 

 

 

10  Okt. 2006

Pemberitahuan kegiatan penelitian kepada Kepala SDN Pulungan dan guru (anggota tim penelitian)

Penyusunan draft instrumen penelitian: LKS:  pedoman observasi, dan asesmen autentik

Sosialisasi kegiatan Berkemah kepada siswa kelas 6 SDN Pulungan

Ø  Tim peneliti berkolaborasi dengan sekolah menyusun instrumen penelitian: Pedoman Observasi,masesmen autentik dan LKS siswa

Ø  Siswa bersama tim peneliti menyusun jadwal kegiatan berkemah.

Ø  Persiapan kegiatan berkemah dengan memper-baiki jadwal kegiatan yang belum sempurna

Ø  Membagi tugas kelompok dan jenis kegiatan yang akan diberikan

Pelaksanaan tindakan kelas siklus 1 :

Mencari informasi dalam peta, (b) menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian,  komunikasi, perjalanan, dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah

Pelaksanaan tindakan kelas siklus 2:

Mencari informasi dalam peta, (b) menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, yaitu; perilaku, gaya hidup, dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah.

Refleksi hasil pengamatan selama berkemah

Ø  Menganalisis kinerja siswa (kelompok) : tugas dalam LKS, dan asesmen autentik

Ø  Menemukan hasil akhir tindakan pembelajaran geografi untuk merumuskan rekomendasi.

 

Tim Peneliti

 

Tim Peneliti

 

Tim Peneliti

 

Tim Peneliti

 

 

Tim Peneliti

 

Tim Peneliti dan siswa

Siswa dan

Tim Peneliti

 

Tim Peneliti, mahasiswa, guru dan siswa kelas 6 SDN Pulungan

 

 

 

 

Tim Peneliti, mahasiswa, guru dan siswa kelas 6 SDN Pulungan

 

 

 

Tim Peneliti dan mahasiswa

  1. Sajian Data Hasil Penelitian

Sajian data hasil penelitian dipaparkan berdasarkan permasalahan yang telah diajukan dalam Bab I, dan merupakan upaya  untuk mendeskripsikan temuan penelitian di lapangan melalui tindakan kelas. Temuan penelitian yang akan dipaparkan berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.

1)      Tingkat kemampuan kognitif siswa kelas 6 SD Pulungan dalam mengikuti pembelajaran Pengetahuan Sosial (geografi) dengan dikembangkan pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar

2)      Tingkat kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran membaca peta dan pemahaman konsep-konsep geografi yang terkait dengan dikembangkan pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar

3)      Kualitas hasil belajar membaca peta dan pehamanan konsep-konsep geografi yang terkait bagi siswa kelas 6 SD dengan dikembangkan pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar

    

      Berikut ini disajikan paparan temuan penelitian tindakan kelas berdasarkan siklus-siklus model Kemmis (Elliot, 1992) yang mengacu pada rumusan masalah penelitian yang ingin dipecahkan sebagai upaya untuk: Mencari informasi dalam peta, (b) menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian,  komunikasi, perjalanan, dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah.

 

Langkah 1 :  Penyusunan Assesmen autentik,  LKS, dan Program Hipotetik   

Penetapan Bahan Ajar Pengetahuan Sosial dan penyusunan Assesmen autentik, beserta LKS melalui tindakan pembelajaran kontekstual model berkemah

 

Peneliti melakukan kolaborasi dengan wali kelas dan guru mata pelajaran Pengetahua Sosial kelas 6 SD untuk mencari, menemukan dan menyusun assesmen autentik dan LKS (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan perubahan masyarakat setempat dari sudut makanan (pemenuhan hidup sehari-hari), perilaku, pakaian, gaya hidup dan komunikasi, serta tradisi yang ditemukan selama berkemah bersama.

 1.  Implemntasi langkah I:

a.       Guru dan peneliti (dosen) melakukan observasi partisipatif

b.   Membuat catatan lapangan

c.  Peneliti berkolaborasi dengan guru untuk menyusun LKS dan assesmen autentik (indikator: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian, nilai-nilai, komunikasi,  perjalanan dan tradisi, berdasar langkah 1) yang terdiri atas Lembar Kegiatan siswa (LKS) kegiatan berkemah dan LKS pasca berkemah.

d.      Menyusun jadwal acara perkemahan

e.       Penggandaan LKS pembelajaran, assesmen autentik, dan jadwal acara perkemahan

f.       Distrubusi LKS pembelajaran dan jadwal acara perkemahan

g.      Setiap selesai berkemah, tim peneliti bersama guru mata pelajaran Pengetahuan Sosial berdiskusi tentang pelaksanaan perkemahan  berkaitan dengan (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan dan  ekonomi, di antaranya: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian,  komunikasi, dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah bersama.

 

2.   Melakukan evaluasi (refleksi)

                        Dalam menyusun LKS geografi dan assesmen autentik ada satu bagian "tradisi" yang perlu diperbaiki dari sisi redaksionalnya, mengingat penduduk setempat (masyarakat sekitar sekolah dan tempat tinggal siswa)  sebagian besar pendatang. Oleh karena itu perlu diperjelas penuangan kalimat dalam LKS, agar siswa lebih mudah memahaminya dan menemukan yang dicarinya.

 

3.  Perbaikan rencana 

Mengacu  hasil refleksi dari implementasi langkah 1, maka perlu dilakukan perbaikan LKS dan assesmen autentik, khususnya dalam komponen yang mengungkap tentang tradisi yang dilakukan oleh penduduk/masyarakat setempat yang sebagian besar penduduknya adalah pendatang. Hasil kolaborasi diusulkan agar cakupan investigasi kepada masyarakat setempat terdiri atas 3 unsur, yaitu masyarakat tingkat status sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan rendah, menengah, dan atas. Hal ini dimaksudkan agar siswa memperoleh gambaran untuh berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada masyarakat setempat dari berbagai strata sosial ekonomi dan pendidikan.

Berdasarkan hasil diskusi dengan tim, maka warga masyarakat yang menjadi sumber informasi untuk menemukan perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, disepakati sebagai berikut:

                Tabel 4.2   Komposisi Warga yang  diinvestigasi oleh Siswa

 

Sosek dan Pendd.

Desa Pulungan  & RT

Jumlah Warga

Tingkat rendah

 

Tingkat sedang

 

Tingkat atas

RT  1, RT  2, dan RT 5

 

RT  1, RT 3, RT 4,  RT  7, dan RT 8

 

RT 6,  RT  7, dan RT 8

 

4

 

8

 

4

 

 

     4.  Implementasi Langkah 2:  Pelaksanaan pembelajaran geografi (siklus 1)

a.       Siswa membentuk kelompok kerja (tim), masing-masing terdiri atas 4-5 orang, untuk memecahkan persoalan konsep Pengetahuan Sosial yang dikemas dalam bentuk kuis, dan permainan (tindakan siklus I).

b.      Tim peneliti dan siswa kelas 6 SD berkemah bersama.

Kegiatan berkmah dilaksanakan tanggal 2 September 2006, dengan lokasi perkemahan di Gelanggang Krida Pramuka (GKP) Jawa Timur, desa Pulungan kecamatan Sedati Sidoarjo. Lokasi GKP ini berjarak 300m dari SDN Pulungan.

c.       Observasi

Pada tahap ini guru dan dosen melaksanakan kegiatan berkemah berdasarkan LKS berkemah. Untuk mengamati kegiatan berkemah dengan problem solving berkaitan dengan: (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan dan ekonomi dengan cara: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian,  komunikasi, dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah bersama digunakan instrumen pengamatan aktivitas belajar siswa selama menyelesaikan tugas-tugas dalam perkemahan.

Hasil observasi menunjukkan bahwa selama kegiatan berkemah, siswa tampak santai,  merasa senang karena mereka  dapat bersama-sama menemukan sesuatu yang ada dalam masyarakat, dan selama ini belum pernah dilakukan. Satu kesan yang mereka peroleh bahwa belajar Pengetahuan Sosial tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga dapat dilaksanakan di luar kelas (alam sekitar).  Di antara 8 kelompok yang ada, ditemukan ada 1 kelompok yang belum paham mengerjakan tugasnya selama melakukan perjalanan untuk mencari informasi kepada masyarakat setempat. Mahasiswa pendamping membantu kelompok ini untuk menjelaskan tugas yang termuat dalam LKS yang dikemas dalam bentuk kuis. Dengan dipandu oleh mahasiswa pendamping, akhirnya mereka dapat menyelesaikan tugasnya.

   Pada umumnya kelompok terampil membaca peta dan mampu menggunakan informasi dalam peta untuk melakukan perjalanan. Hal ini dibuktikan bahwa semua kelompok tidak ada yang tersesat untuk menuju tempat, atau pos yang ditentukan. Tugas-tugas kelompok yang yang harus dipecahkan/diselesaikan dengan membaca peta dapat dikategorikan 80% berhasil.

d.      Kelompok kerja melaporkan dan mempresentasikan hasil kegiatan

Setiap kelompok berkewajiban mempresentasikan hasil kegiatan mereka selama perjalanan. Pada dasarnya kelompok sudah mampu menyelesaikan LKS yang dikemas dalam kuis. Dari 8 kelompok ditemukan bahwa mereka lemah dalam menginvestigasi perubahan masyarakat setempat yang berkaitan dengan perilaku, gaya hidup, dan tradisi. Setelah diklarifikasi dari sisi instrument, kiranya perlu diperbaiki dengan car merinci sejumlah pertanyaan yang masih makro agar kelompok lebih mudah mengumpulkan data (investigasi) untuk mengungkap ketiga permasalahan tersebut.u menyelesaikan kuisenyelesaikan tugasnya.am bentuk kuis.elakukan perjalanan untuk

e.       Klarifikasi hasil diskusi kelompok-kelompok berkaitan dengan temuan hasil  pengamatan.

             Berdasarkan hasil pengamatan dari para mahasiswa pendamping kelompok dan hasil diskusi kelompok-kelompok, telah ditemukan kekurangan bahwa selama kelompok melakukan perjalanan, terutama pada saat melakukan investigasi kepada masyarakat setempat masih ada rasa canggung, sehingga perubahan masyarakat yang ingin diungkap belum optimal. Salah satu penyebab adalah instrument yang dituangkan dalam LKS. Di sisi lain yang berkaitan dengan pengetahuan membaca peta dan mencermati informasi dalam peta ditemukan 80% mereka mampu menggunakannya.  

f.       Refleksi hasil temuan tindakan siklus I

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru dan dosen didiskusikan  bersama untuk menemukan kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang muncul selama perkemahan berlangsung dengan mengacu pada LKS berkemah, instrumen penelitian,  dan kaidah-kaidah berkemah. Kesenjangan yang ditemukan antar teori yang dirujuk dengan hasil pengamatan dibahas oleh tim peneliti, kemudian dirumuskan untuk dilakukan  evaluasi sebagai bahan pertimbangan tindakan perbaikan pembelajaran pada pelaksanaan tahap berikutnya.

Berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus 1, ditemukan ada kelemahan siswa dalam menggali perubahan masyarakat yang berkaitan dengan : perilaku, gaya hidup, dan tradisi. Hasil refleksi menunjukkan bahwa siswa belum mampu mengungkap data yang berkaitan dengan 3 komponen tersebut. Salah satu kelemahan yang perlu diperbaiki adalah LKS yang digunakan instumen untuk menggali ke-3 komponen yang menunjukkan perubahan dalam masyarakat setempat sebagai akibat globalisasi. Oleh karena itu LKS geografi yang ada perlu diperbaiki untuk melanjutkan tindakan siklus 2. Hal ini dimaksudkan agar terjadi peningkatan hasil belajar siswa selama dilakukan tindakan pembelajaran geografi. Dengan demikian siswa memperoleh pemahaman yang mendalam (deep understanding) terhadap konsep geografi yang dipelajari dalam hal ini membaca peta dan menggunakan peta untuk menggali potensi dan perubahan dalam masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi.

         g.   Temuan Penelitian Tindakan Pembelajaran Siklus I

              Temuan penelitian yang mengacu pada 7 prinsip dasar pembelajaran pendekatan kontekstual yang berkaitan dengan penerapan asesmen autentik, maka ada 4 jenis hasil belajar yang dievaluasi, baik penilaian proses, maupun penilaian hasil. Berbagai kegiatan yang menunjukkan hasil belajar geografi selama berkemah terdiri atas: (1) keterampilan membaca peta, (2)  dan hasil investigasi perubahaan masyarakat merupakan penilaian hasil, dan (3) kerja tim, serta (4) diskusi kelompok merupakan penilaian proses. Berdasarkan pemberian tindakan pembelajaran geografi siklus I,  pencapaian hasil belajar  (%)  dapat dicermati dalam tabel 4.3 berikut ini.

 

Tabel 4.3  Hasil Belajar Geografi Kelas 6 Siklus I Siswa SDN Pulungan

 

No. Subjek

Skor yang dicapai dalam kegiatan  % (Hasil asesmen Autentik)

Membaca Peta

Kerja Tim

Hasil Inves-tigasi Peru-bahan Masy.

Diskusi Kelompok

1.

89

85

75

85

2.

89

85

75

75

3.

89

75

75

75

4.

89

78

75

70

5.

89

80

75

80

6.

80

85

70

75

7.

80

75

70

70

8.

80

75

70

70

9.

80

75

70

65

10.

80

78

70

75

11.

78

75

70

60

12.

78

75

70

70

13.

78

70

70

75

14.

78

73

70

75

15.

78

70

70

70

16.

82

80

75

70

17.

82

80

75

65

18.

82

78

75

70

19.

82

78

75

80

20.

82

78

75

75

21.

76

75

70

75

22.

76

75

70

80

23.

76

73

70

70

24.

76

73

70

70

25.

76

73

70

70

26.

80

80

75

70

27.

80

80

75

80

28.

80

78

75

80

29.

80

78

75

80

30.

80

80

75

75

31.

82

80

75

75

32.

82

85

75

75

33.

82

85

75

80

34.

82

85

75

80

35.

78

80

70

75

36.

78

75

70

70

37.

78

75

70

70

38

78

80

70

75

 

80,62%

77,84%

72,5%

71,71%

 

Berdasarkan 4.3 menunjukkan bahwa skor rerata 80,62% siswa dapat membaca peta. Artinya criteria belajar tuntas 80% telah dicapai oleh kelas, terutama dalam hal keterampilan membaca peta.

Kerja tim siswa selama dalam perkemahan tindakan siklus 1 diperoleh skor rerata 77.84%. Hal ini berarti hasil kerja tim perlu ditingkatkan lagi, karena belum mencapai belajar tuntas (80%) melalui tindakan pembelajaran siklus 2. Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan hanya 15 orang siswa yang mampu bekerja dalam tim yang ditunjukkan oleh skor yang diperolehnya minimal 80. Sedangkan sisanya 18 orang hanya mencapai skor tertinggi 78. Artinya mereka belum mencapai belajar tuntas untuk bekerja dalam tim.  Untuk mengecek keabsahan data hasil temuan penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi penyidik dengan cara mencari kebenaran data hari hasil pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa pendamping dengan hasil pengamatan guru mata pelajaran Pengetahuan Sosial selama siswa mengikuti proses pembelajaran di kelas. Ternyata dibenarkan oleh guru mata pelajaran bahwa 18 siswa tersebut lemah dalam aktivitas berdiskusi. Berdasarkan temuan tindakan pembelajaran geografi siklus 1 ini, maka kemampuan berdiskusi siswa perlu dioptimalkan dalam tindakan sikus 2.

 

     5.    Pelaksanaan pembelajaran geografi siklus 2

a.       Siswa membentuk kelompok kerja (tim), masing-masing terdiri atas 4-5 orang, untuk memecahkan persoalan konsep Pengetahuan Sosial yang dikemas dalam bentuk kuis, dan permainan (berdasar tindakan siklus I).

b.      Tim peneliti dan siswa kelas 6 SD berkemah bersama

     Pemberian tindakan pemeblajaran siklus 2 ini, LKS geografi yang digunakan siswa untuk menggali data (investigasi) tentang perubahan masyarakat setempat yang berkaitan dengan perilaku, gaya hidup, dan tradisi setempat telah diperbaiki (dengan berpijak hasil tindakan pembelajaran siklus 1). Setiap mahasiswa pendamping membantu 2 kelompok yang berdekatan, agar kelompok dapat dengan segera memecahkan persoalan jika dijumpai dalam perjalanan.

     Warga masyarakat yang diinvestigasi dalam siklus 2 ini berbeda dengan siklus 1, dengan maksud agar mereka dapat memperoleh informasi yang orisinal. Di sisi lain responden tidak jenuh dengan kehadiran para siswa.

c.       Observasi

Pada tahap ini guru dan dosen melaksanakan kegiatan berkemah berdasarkan LKS berkemah. Untuk mengamati kegiatan berkemah dengan problem solving berkaitan dengan: (a) terampil mencari informasi dalam peta, (b) terampil menganalisis peta sebagai sumber informasi, dan (c) terampil memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan dan ekonomi dengan cara: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti perilaku, gaya hidup, dan tradisi  yang ditemukan selama berkemah bersama digunakan instrumen pengamatan aktivitas belajar siswa selama menyelesaikan tugas-tugas dalam perkemahan. Hasil observasi menunjukkan bahwa kelompok nampak lebih santai, dan lebih menyenangkan selama perjalanan. Indikator yang dapat ditemukan adalah mereka bernyanyi-nyanyi dalam perjalanan. Semua kelompok telah mampu menyelesaikan tugasnya secara baik. Selama kegiatan di perkemahan, mereka tampak gembira dan menyerukan "yel-yel" kelompok, berarti mereka mampu bekerja dalam tim.

     Berdasarkan tugas kelompok yang dikumpulkan  LKS), ternyata mereka telah mampu menggali data perubahan masyarakat setempat yang berkaitan dengan perilaku, gaya hidup, dan tradisi mereka selama ini. Hasil evaluasi menunjukkan  mereka mampu mengungkap ketiga komponen perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi. Berdasarkan pada instrument (LKS) yang telah diperbaiki ternyata siswa dapat lebih mudah menggali data perubahan masyarakat yang berkaitan dengan perilaku, gaya hidup, dan tradisi masyarakat setempat. Mekanisme diskusi kelas sangat baik, dan diakui oleh 3 orang guru atas kemampuan berdiskusi yang belum pernah ditunjukkan selama berdiskusi di kelas.

     Kerja tim selama perjalanan sudah lebih baik dibandingkan siklus 1. Hal ini dibuktikan bahwa semua kelompok dapat menyelesaikan tugasnya selesai lebih awal. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa pendamping ditemukan bahwa kelompok  baik selama perjalanan, maupun dalam perkemahan mereka menunjukkan tingkat kerja sama yang tinggi.

d.      Kelompok kerja melaporkan dan mempresentasikan hasil kegiatan

Setiap kelompok berkewajiban mempresentasikan hasil kegiatan mereka selama perjalanan. Kelompok sudah mampu menyelesaikan LKS yang dikemas dalam kuis. Mereka mampu mempertanggungjawabkan hasil temuannya dalam diskusi kelas dan menjelaskan secara gambling pada kelompok yang mengkritisi.

e.       Klarifikasi hasil diskusi kelompok-kelompok berkaitan dengan temuan hasil  pengamatan.

             Berdasarkan hasil pengamatan dari para mahasiswa pendamping kelompok dan hasil diskusi kelompok-kelompok, telah ditemukan bahwa kelompok telah mampu menyelesaikan tugasnya lebih baik dibandingkan dengan siklus 1. Indikator ini ditunjukkan oleh kekompakan mereka selama perjalanan, mereka saling membantu dalam setiap menyelesaikan tugas sehingga kerja tim meningkat lebih baik. Begitu juga dalam diskusi, aktivitas antar individu dalam kelompok sudah lebih baik yang ditunjukkan oleh keikutsertaan setiap individu dalam berpendapat atau menjawab pertanyaan kelompok lain, maupun menghargai pendapat orang lain.

f.       Refleksi hasil temuan tindakan siklus 2

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru dan dosen didiskusikan  bersama untuk menemukan kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang muncul selama perkemahan berlangsung dengan mengacu pada LKS berkemah, instrumen penelitian,  dan kaidah-kaidah berkemah. Kesenjangan yang ditemukan antar teori yang dirujuk dengan hasil pengamatan dibahas oleh tim peneliti, kemudian dirumuskan untuk dilakukan  evaluasi sebagai bahan pertimbangan tindakan perbaikan pembelajaran pada pelaksanaan tahap berikutnya.

Berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus 2, ditemukan bahwa kelompok telah mampu mencapai belajar tuntas dalam hal: (1) keterampilan membaca peta, (2) kerja dalam tim , (3) investigasi perubahan masyarakat setempat, terutama berkaitan dengan perilaku, gaya hidup dan tradisi masyarakat setempat, serta (4) kemampuan dalam berdiskusi. Dengan demikian dalam siklus 2 siswa telah memperoleh pemahaman yang mendalam (deep understanding) terhadap konsep geografi yang dipelajari yang berkaitan dengan hasil belajar geografi mereka maupun peningkatan penilaian proses selama belajar geografi yang ditunjukkan oleh asesmen autentik siswa secara individu maupun kelompok meningkat dibandingkan dengan hasil belajar geografi siswa yang dicapai dalam siklus 1. Untuk mengecek keabsahan data hasil temuan penelitian, peneliti melakukan triangulasi sumber dengan cara membandingkan temuan penelitian dari hasil pengamatan dengan hasil asesmen autentik.

         g.   Temuan Penelitian Tindakan Pembelajaran Siklus 2

              Temuan penelitian yang mengacu pada 7 prinsip dasar pembelajaran pendekatan kontekstual yang berkaitan dengan penerapan asesmen autentik, maka ada 4 jenis hasil belajar yang dievaluasi, baik penilaian proses, maupun penilaian hasil. Berbagai kegiatan yang menunjukkan hasil belajar geografi selama berkemah terdiri atas: (1) keterampilan membaca peta, (2)  dan hasil investigasi perubahaan masyarakat merupakan penilaian hasil, dan (3) kerja tim, serta (4) diskusi kelompok merupakan penilaian proses. Berdasarkan pemberian tindakan pembelajaran geografi siklus 2,  pencapaian hasil belajar  (%)  dapat dicermati dalam tabel 4.4 berikut ini.

 

Tabel 4.4  Hasil Belajar Geografi Kelas 6 Siklus 2 Siswa SDN Pulungan

 

No. Subjek

Skor yang dicapai dalam kegiatan  % (Hasil asesmen Autentik)

Membaca Peta

Kerja Tim

Hasil Inves-tigasi Peru-bahan Masy.

Diskusi Kelompok

1.

89

85

85

85

2.

89

85

85

85

3.

89

80

85

85

4.

89

80

85

85

5.

89

80

85

85

6.

80

85

80

85

7.

80

80

80

80

8.

80

80

80

80

9.

80

80

80

75

10.

80

78

80

80

11.

78

80

80

75

12.

78

80

80

80

13.

78

75

80

80

14.

78

80

80

80

15.

78

75

80

80

16.

82

85

90

80

17.

82

80

90

75

18.

82

78

90

80

19.

82

80

90

85

20.

82

78

90

80

21.

76

80

80

85

22.

76

80

80

85

23.

76

75

80

75

24.

76

75

80

75

25.

76

80

80

80

26.

80

85

85

80

27.

80

85

85

85

28.

80

80

85

85

29.

80

80

85

85

30.

80

85

85

85

31.

82

85

85

80

32.

82

85

85

85

33.

82

85

85

85

34.

82

85

85

85

35.

78

80

80

80

36.

78

80

80

80

37.

78

80

80

75

38

78

80

80

80

 

80,62%

80.55%

83.12%

81.18%

 

Berdasarkan 4.4 menunjukkan bahwa skor rerata 80,62% siswa dapat membaca peta. Artinya criteria belajar tuntas 80% telah dicapai oleh kelas, terutama dalam hal keterampilan membaca peta.

Kerja tim siswa selama dalam perkemahan tindakan siklus 2 diperoleh skor rerata 80,55% > 77,84% (hasil siklus 1). Hal ini berarti hasil kerja tim meningkat 2,71% dalam siklus 2, dan siswa telah mencapai belajar tuntas (80%) melalui tindakan pembelajaran siklus 2. Berdasarkan tabel 4.4 ditemukan dari 15 orang siswa yang mampu bekerja dalam tim yang ditunjukkan oleh skor yang diperolehnya minimal 80 pada siklus 1, meningkat menjadi 32 siswa (84,21%) yang telah memperoleh skor minimal 80 dalam siklus 2. Sedangkan sisanya hanya 6 orang yang mencapai skor tertinggi 78. Artinya mereka belum mencapai belajar tuntas untuk bekerja dalam tim sebanyak 6 siswa (15,79%). 

Hasil belajar siswa dalam melakukan investigasi perubahan masyarakat setempat berkaitan dengan perilaku, gaya hidup, dan tradisi dalam siklus 2 mencapai 83,12% > 72,5% (siklus 1). Berarti terjadi peningkatan sebesar  10,62% dalam siklus 2.

Hasil belajar siswa dalam kemampuan berdiskusi baik kelompok, maupun klasikal dalam siklus 2 mencapai hasil 81,18% > 71,71% (siklus 1), dan terjadi peningkatan sebesar 9,47% pad siklus 2. Pada siklus 1, siswa yang ada dalam kategori mampu berdiskusi (skor 80) hanya 9 siswa dari 38 siswa, dan 29 siswa belum mampu berdikusi (skor < 80). Artinya bahwa dalam siklus 1 hanya 23,68% siswa mampu berdiskusi, dan 76,32% dalam kategori kemampuan berdiskusi mereka belum optimal. Dalam siklus 2 terjadi peningkatan bahwa yang dalam kategori terampil berdiskusi ada 32 siswa (84,21%).

 

Pembahasan

Dalam pembahasan ini mengacu pada permasalahan penelitian yang dipecahkan. Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka ada 3 permasalahan yang dipaparkan dalam pembahasan ini.

 

2.      Tingkat kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran geografi

Berdasarkan temuan penelitian yang berkaitan dengan kemampuan kognititf siswa dalam pembelajaran geografi dalam penelitian ini difokuskan pada salah satu indikator hasil belajar geografi, yaitu memerikan potensi masyarakat dari sudut pendidikan dan ekonomi dengan cara: Membuat daftar perubahan masyarakat setempat sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian,  komunikasi, perjalanan, dan tradisi yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran pendekatan kontekstual melalui penelitian tindakan kelas. Temuan penelitian ternyata dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa yang ditunjukkan adanya perubahan positif kemampuan akademik siswa. Pada siklus 2 terjadi peningkatan sebesar  10,62% dan telah mencapai belajar tuntas (> 80%). Pemberian tindakan pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual, , dan 7 komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu: (a) konstruktivistik, (b)  inkuiri, (c) bentanya, (d) menciptakan masyarakat belajar (kelompok-kelompok, (e) menunjukkan model, (f) melakukan refleksi, dan (g) melakukan asesmen autentik (Nurhadi; Senduk; Yasin, 2004 dan Mulyasa, 2004)  ternyata dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa SDN Pulungan. Pembelajaran geografi yang dikemas melalui pembelajaran kontekstual dengan media pembelajaran lingkungan alam sekitar, ditemukan bahwa selain kempuan kogniti siswa meningkat, kemapuan berdiskusi dan kerja tim siswa berkembang juga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran kontekstual dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar dapat meningkatkan kemapuan kognitif dalam pembelajaran geografi siswa kelas 6 SDN Pulungan.

 

3.      Tingkat kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran membaca peta

Pemberian tindakan pembelajaran geografi melalui berkemah dengan digunakan media peta untuk melakukan perjalanan di lingkungan sekitar anak, ternyata keterampilan siswa dalam membaca peta dan menggunakan informasi peta selama perjalanan (hiking) menjadi meningkat yang sudah ditunjukkan dalam siklus 1, dan selama ini belum pernah diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Dengan mengacu pada prinsip pembelajaran kontekstual (Nurhadi; Senduk; Yasin, 2004) di antaranya adalah (a) memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelligence) siswa. Dikemukakannya bahwa dalam menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, hendaknya guru memperhatikan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa. Gardner (1993) menyebutkan bahwa ada 8 kecerdasan yang dapat dikembangkan pada seseorang, yaitu: spasial-verbal, linguistic-verbal, inter-personal, musical-ritmik, naturalis, badan-kinesketika, intrapersonal, dan logismatematis. Jika guru mampu memadukan berbagai strategi pendekatan pembelajaran kontekstual, maka sangat dimungkinkan pembelajaran akan lebih efektif bagi siswa dengan berbagai kecerdasannya, dan (b) mempertimbangkan keragaman siswa, maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa terutama kemampuan mereka dalam membaca dan menggunakan informasi peta.

 

4.      Kualitas hasil belajar membaca peta dan pehamanan konsep-konsep geografi yang terkait

 

Berpijak dari temuan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran geografi dengan menggunakan pembelajaran kontekstual model berkemah dan media pembelajaran lingkungan alam sekitar, ada satu hal  mendasar yang harus diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu adanya saling terkait antara komponen satu dengan yang lainnya dan diharapkan diterapkan secara bersama-sama agar mencapai hasil yang optimal.   Di sinilah peran guru untuk menjadi fasilitator dan motivator, dan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Di antara komponen utama dan prinsip penerapan pembelajaran kontekstual adalah berorientasi pada pandangan belajar: teori konstruktivistik dan menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) (Mulyasa, 2004), menunjukkan bahwa ada beberapa kemampuan siswa yang berkembang secara bersamaan. Kemampuan tersebut adalah: (a) keterampilan membaca peta, (b)  bekerja dalam tim, (c) kemampuan kognitif "perubahan masyarakat setempat sebagai dmpak globalisasi, dan (d) keterampilan berdiskusi. Dalam siklus 2, ke-4 kemampuan tersebut terjadi peningkatan > 80% (belajar tuntas).

Sejalan dengan temuan penelitian tersebut, Sadiman (1986) mengemukakan bahwa jika proses belajar hanya menggunakan metode membaca saja, maka pengetahuan yang mengendap hanya 10%. Jika mendengarkan saja pengetahuan yang mengendap hanya 20%. Melihat saja pengetahuan yang mengendap bisa 50%. Mengungkapkan sendiri, pengetahuan yang mengendap dapat sampai 80%. Mengungkap sendiri dan mengulang pada kesempatan lain, pengetahuan yang mengendap dapat sampai 90%. Mengacu pendapat dari Sadiman (1986) tersebut, temuan penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VI SD dalam mengikuti proses pembelajaran di dalamnya telah dimanfaatkan media pembelajaran lingkungan yang dapat diamati secara langsung lingkungan alam sekitar yang banyak memberikan informasi atau pesan pembelajaran Pengetahuan Sosial melalui pembelajaran kontekstual model berkemah, terbukti secara meyakinkan telah meningkat pengetahuan siswa yang mengendap dari 10% (hanya membaca saja) menjadi 50%, dan meningkat lagi endapan pengetahuannya mereka setelah dapat mengungkapkannya sendiri melalui: inkuiri (selama hiking), pengalaman yang dibangunnya selama bekerj dalam tim dan berdiskusi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

Bab V ini menyampaikan simpulan hasil penelitian yang berpijak pada hasil pembahasan yang dipaparkan berdasarkan permasalahan yang diajukan, serta hasil pemecahan masalah pembelajaran geografi siswa kelas 6 SDN Pulungan. Berkaitan dengan kesimpulan hasil penelitian ini, dan sebagai upaya untuk menyikapi serta menindaklanjuti hasil penelitian ini, maka dikemukakan pula beberapa saran dan rekomendasi kepada praktisi, pengambil kebijakan dan peneliti lanjutan.

 

A.     Simpulan

Berdasarkan permasalahan penelitian, temuan-temuan dan pembahasan temuan  penelitian, dapat ditarik simpulan seperti berikut.

1.      Kemapuan kognitif siswa dalam pembelajaran geografi siswa kelas 6 SDN Pulungan kecamatan Sedati Sidoarjo melalui pembelajaran kontekstual model berkemah bermedia lingkungan alam sekitar pada setiap siklus siswa memperoleh peningkatan pembelajaran yang berkaitan dengan hal: (a)  membuat daftar perubahan masyarakat sekitar sebagai dampak globalisasi, seperti makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian,  komunikasi, perjalanan, dan tradisi (b) siswa telah memperoleh pemahaman yang mendalam (deep understanding) pemahaman siswa tentang konsep geografi yang dipelajarinya dengan menemukan sendiri (inkuiri) pengetahuan/konsep geografi tersebut.

2.      Keterampilan (kemampuan) siswa kelas 56 SDN Pulungan dalam membaca peta dan menggunakan informasi peta selama perjalanan (hiking) menjadi meningkat yang sudah ditunjukkan dalam siklus 1 sudah mencapai belajar tuntas (80,62%), dan selama ini belum pernah diterapkan dalam pembelajaran di kelas

3.      Berkaitan dengan kualitas hasil belajar membaca peta dan pehamanan konsep-konsep geografi yang terkait yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual model berkemah bermedia lingkungan alam sekitar, menunjukkan bahwa ada beberapa kemampuan siswa yang berkembang secara bersamaan. Kemampuan tersebut adalah: (a) keterampilan membaca peta, (b)  bekerja dalam tim, (c) kemampuan kognitif "perubahan masyarakat setempat sebagai dmpak globalisasi, dan (d) keterampilan berdiskusi. Dalam siklus 2, ke-4 kemampuan tersebut terjadi peningkatan > 80% (belajar tuntas).

 

B.     Saran-saran

Berkaitan dengan simpulan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai berikut.

 

1.      Pemanfaatan Temuan Penelitian

a.       Agar perolehan belajar geografi siswa kelas 6 SD meningkat, sebaiknya temuan penelitian ini dapat digunakan acuan oleh guru geografi  lainnya dengan melaksanakan pembelajaran kontekstual, khususnya memilih model berkemah bermedia lingkungan alam sekitar untuk memperbaiki kualitas pembelajaran geografi

b.      Guru Guru geografi kelas 6 SD hendaknya menciptakan berbagai media pembelajaran, misalnya membuat peta buta suatu wilayah yang dikemas dalam betuk kuis, menugasi siswa mengamati lingkungan sekitar berkaitan dengan kepadatan penduduk, dan yang lainnya, yang didahului dengan melakukan analisis kebutuhan, sebagai suatu upaya mengurangi verbalisme siswa dalam belajar geografi.

 

2.      Saran bagi Pengambil Kebijakan dan Pengembang Pendidikan

Mengingat sampai saat ini belum banyak dikembangkan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran geografi,  alangkah baiknya Direktorat Pendidikan Dasar Departemen Pendidikan Nasional menindaklanjuti hasil penelitian ini untuk memberi kesempatan para guru SD, khususnya guru mata pelajaran Pengetahuan Sosial berkompetisi melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK), dengan mengambil salah satu topic penelitian adalah pemberdayaan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran inovatif. Dalam hal ini diharapkan Direktorat pendidikan Dasar mengalokasikan aggaran dana penelitian.

 

 

3.       Rekomendasi untuk Penelitian Lanjutan            

a.       Alangkah baiknya jika peneliti lainnya berkenan menindaklanjuti penelitian tindakan dengan menggunakan pendekatan dan jenis penelitian eksperimental pada populasi dan sampel yang lebih besar, dengan mengujicobakan model berkemah dengan media pembelajaran lingkungan alam sekitar pada pembelajaran geografi. Hal ini dimaksudkan agar supaya diperoleh kebenaran secara empiris-eksperimental.

b.      Alangkah  baiknya peneliti yang lain juga menindaklanjuti penelitian pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran yang lain dengan tetap menggunakan media pembelajaran lingkungan alam sekitar. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kebenaran bahwa pembelajaran kontekastual dapat menumbuhkan kerja sama antar siswa dalam upaya meningkatkan berbagai kemampuan dan perolehan belajar mereka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

AECT. 1977. The Definition of Educational Technology. Washington, D.C.: AECT.

 

Arends, R. I., 1997. Class Room Instructional and Management. Mc. Graw-Hill, New York

 

Degeng. I.N.S., 1993, Buku Pegangan Teknologi Pendidikan Terapan Teori Kognitif dalam Desain Pembelajaran, Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta

 

Degeng, I.N.S., 2000, Materi Penataran Applied Approach bagi Dosen Kopertis Wilayah VII, 10 – 16 September 2000, Malang

 

Gagne, R.M., briggs, L.J., and Wager, W.W. 1992. Principles of Instruction Design. Fort Worth, TX:  HBJ., Publishers.

 

McNiff, J., 1992, Action Research: Principles and Practice, Macmillan Education Ltd., London

 

Mulyasa. 2003.  Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

 

Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, Agus G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

 

Masitoh, S. 1996. Pemanfaatan Tenaga Kerja Anak Tunarungu Lulusan SLB/B dalam Upaya Peningkatan Sumberdaya Manusia Produktif di PT Maspion Waru Sidoarjo. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian IKIP Surabaya

 

Miarso, Y.H. 1990. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan CV Rajawali.

 

Miarso, Y.H., Rahardjo, R., Haryono, Anung., suhedi., Habib, Zamris., Hariandja, L., dan Susanto, Djoko. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan Pengertian dan Penerapannya di Indoensia. Jakarta: CV Rajawali.

 

Mills, G.E. 2003. Action Research: A Guide for The Teacher Researcher. Ohio: Pearson Education Inc.

 

Mulyasa. 2003.  Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

 

Murtadlo. 2005. Peningkatan prestasi belajar siswa berkesulitan belajar membaca-menulis melaui pendekatan kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization) di SD. Jurnal Pendidikan Dasar Vol.6. No. 1. Maret 2005

 

Nurhadi; Yasin, B.; Senduk, Agus G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

 

Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

 

Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A. dan Rahardjito. 1990. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV Rajawali.

 

Stringer, E. 2004. Action Research in Education. Ohio: Pearson Education, Inc.

 

Wijiastuti, A., Masitoh, S., Andajani, S.J. 2002. Menemukan pola Think-Pair Share pada pembelajaran IPA di SDLB (Tunanetra). Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Surabaya

 

Zainuddin. 2002. Studi tentang penerapan belajar kooperatif model STAD dengan    konsentrasi gaya kognitif FI dan FD. Jurnal Teknologi Pembelajaran: Teori dan Penelitian Tahun 10, Nomor 1.April 2002

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran  1 : Instrumen Penelitian

 


 Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Dampak Globalisasi terhadap

Berbagai Bidang Kehidupan

 
             

 

 

 

 

Mata Pelajaran          :  Pengetahuan Sosial

Kompetensi dasar     :  Siswa mampu mengidentifikasi dampak globlisasi tehadap berbagai bidang kehidupan

Kelas                        :  VI

Kegiatan                   :  Investigasi perubahan masyarakat setempat

 
 


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

 

 

 

 

 

Marilah kita belajari tentang:

     Perubahahan masyarakat setempat (sekitar tempat tinggalmu) sebagai dampak globalisasi yang berkaitan dalam hal:: makanan, perilaku, gaya hidup, pakaian, nilai-nilai, komunikasi, perjalanan, dan tradisi

 

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 


A. Rangkuman Materi

Jika kamu amati kehidupan masyarakat di sekitar rumahmu atau sekolahmu, banyak perubahan yang kamu dapatkan. Misalnya, ketika kamu masih kecil  jarang dijumpai orang menjual ayam goreng "kentucky." Sekarang kamu dapat membelinya di mana-mana, bahkan kamu membandingkan bahwa ayam goreng Kentucky yang dijual pak Abas lebih enak daripada  yang dijual pak Badrun.

Masih seringkah kamu bertegur sapa dengan tetangga di sekitar rumahmu? Apakah kamu selalu minta ijin kepada bapak atau ibu ketika akan berangkat sekolah atau keluar rumah karena suatu keperluan?  Seringkah  bapak ikut kerja bakti di kampong? Untuk menjawab sejumlah pertanyaan ini, silahkan kalian mengamati perilaku warga masyarakat yang ada di sekitar rumah atau sekolah.

Jika kamu amati, banyak tetangga bahkan kamu dan tema-teman yang memiliki telepon seluler (telepon genggam). Mereka berkomunikasi dengan orang-orang yang dihubungi sambil duduk santai, atau sambil melakukan perjalanan di atas kendaraan. Tentu sering kamu jumpai orang-orang di sekitarmu belanja atau sekedar jalan-jalan ke mall dan supermarket. Dengan bangganya mereka menenteng barang belanjaan yang dibeli di mall dan supermarket tersebut. Selain itu ada juga warga masyarakat yang tidak suka berbelanja ke mall, dan cukup membeli pakaian dan kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional. Di samping itu ada juga anak-anak muda yang suka menghadiri pesta. Memang gaya hidup setiap orang berbeda-beda, dan hal ini merupakan suatu pilihan. Cara berpakaian warga masyarakat juga beragam. Ada yang suka mengenakan pakaian yang harganya mahal dan selalu mengikuti model, tetapi juga banyak orang yang suka berpakaian sederhana dan harganya tidak mahal. Perhatikan gambar berikut ini!

 

 

Gambar 1  Berpesta adalah gaya hidup anak muda

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Beberapa tahun yang lalu, orang bepergian ke suatu tempat masih banyak yang naik sepeda dan sepeda motor. Tentu sekarang sudah banyak warga masyarakat yang bepergian naik mobil pribadi atau memilih naik taksi. Adakah tetanggamu yang sekolah di SMA naik sepeda motor, sepeda dan naik angkutan umum? Silahkan kamu amati, dan buatlah laporan hasil pengamatanmu!

Bagaimanakah kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di sekitarmu ketika ada orang yang punya hajat pernikahan, atau khitanan dan menyambut kelahiran seorang bayi? Dalam masyarakat masih banyak kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari, silahkan kalian amati!

 

 

B.  Petunjuk Kegiatan

 

1. Lakukan perjalanan bersama kelompokmu untuk mendatangi warga sesuai dengan perintah yang ada dalam amplop yang kamu terima dari Kakak Pendampingmu untuk menemukan perubahan  masyarakat setempat!

2.   Bersama kelompokmu, ajukan sejumlah pertanyaan kepada warga yang kalian datangi dengan mengisi daftar pertanyaan yang tersedia!

3.  Lakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas selama melakukan perjalanan, dan jagalah selalu kekompakan dan kerja sama kelompok!

4.  Laporkan hasil kegiatan kelompok setelah melakukan perjalanan dalam diskusi kelas!

C.   Laporkan hasil perjalanan kelompok dengan cara berikut ini!

      Identitas warga masyarakat yang dikunjungi:

      Nama                        :  ………………………………………………………………

      Alamat                      :  ………………………………………………………………

      Pekerjaan Bapak        :  ……………………………………………………………….

 

     Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada warga, dan tulislah jawabannya pada tempat yang tersedia dengan cara mengisi atau melingkari jawaban yang tersedia!

 

      1.   Kesukaan makanan keluarga adalah:

            a. ……………………………                        b. …………………………...

            c.  ……………………………           c. …………………………...

            e. ……………………………                        f. …………………………...

      2.  Yang sering dimasak Ibu untuk makan keluarga sehari-hari:

            a. ……………………………                        b. …………………………...

            c.  ……………………………           c. …………………………...

            e. ……………………………                        f. …………………………... 

      3.  Berapa kali Bapak/Ibu bersama keluarga makan di luar dalam sebulan?

a.       sekali dalam sebulan                     b. dua kali dalam sebulan

c.       tiga kali dalam sebulan                  d. lebih dari tiga kali dalam sebulan

  1. Jenis makanan yang sering dibeli Bapak/Ibu bersama keluarga di luar
  2.  

a. ……………………………                        b. …………………………...

            c.  ……………………………           c. ……………………………

      5.  Kapankah kampung mengadakan kerja bakti?

a. ……………………………                        b. …………………………...

            c.  ……………………………           c. ……………………………

  1. Berapa kali Bapak ikut dalam kerja bakti yang diadakan oleh RT dalam satu tahun?

a. Lebih dari 2 kali                              b. dua kali

c. satu kali                                           d. tidak pernah

  1. Bagaimana jika Bapak/Ibu diundang hajatan oleh tetangga?

a. selalu datang                                   b. kadang datang, kadang tidak

c. datang jika sempat                          d. tidak pernah datang

  1. Bagaimana jika ada tetangga yang meminta pertolongan kepada Bapak/Ibu karena ada keluaganya yang sakit?

a. selalu menolongnya                         b. pernah menolong, dua kali

c. pernah menolong, sekali                  d. tidak pernah menolong

  1. Apakah di rumah ada telepon

a. ada                                                   b. tidak ada

  1. Siapa saja dalam keluarga punya telepon seluler (telepon genggam/HP)?

a. Bapak, Ibu dan anak-anak              b. Bapak dan Ibu

c. Bapak dan anak-anak                      d. anak-anak

  1. Di manakah Bapak/Ibu berbelanja kebutuhan sehari-hari?

a.  warung/toko dekat rumah              b. pasar terdekat

c.  supermarket                                    d. mall

  1. Berapa kali Bapak/Ibu bersama keluarga berekreasi dalam setahun?

a. lebih dari dua kali                            b. dua kali

c. satu kali                                           d. tidak pernah

  1. Seringkah Bapak /Ibu berbelanja atau santai ke Mall/Supemarket?

a. lebih dari dua kali                            b. dua kali

c. satu kali                                           d. tidak pernah           

  1. Bahan pakaian yang bagaimana yang disukai oleh keluarga?

a. batik                                                            b. kaos

c. jean                                                  d. katun

  1. Di manakah Bapak/Ibu jika membeli pakaian?

a.  pedagang kaki lima                        b. pasar terdekat

c.  supermarket                                    d. mall

  1. Seringkah Ibu saling memberi makanan dengan tetangga?

a. sering                                               b. kadang-kadang

c. pernah                                              d. tidak pernah

  1. Bolehkah putra-putri Bapak/Ibu bermain dengan teman di sekitarnya?

a. boleh                                                b. tidak boleh

  1. Seringkah anak-anak di sekitar rumah bermain-main bersama?

a. sering                                               b. kadang-kadang

c. pernah                                              d. tidak pernah

  1. Permainan apa saja yang sering dilakukan oleh anak-anak?

a. ……………………………                        b. …………………………...

            c.  ……………………………           c. ……………………………

  1.  Seringkah antar tetangga saling mengantar makanan pada saat menjelang puasa atau perayaan natal?

a.  selalu                                              b. sering

c. pernah                                              d. tidak pernah

  1. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh warga di sini pada peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan  (perayaan Agustusan)?

a. ……………………………                        b. …………………………...

            c.  ……………………………           c. …………………………...

            e. ……………………………                        f. …………………………... 

     

Dilaporkan oleh Kelompok: ……

Nilai :

 
Anggota Kelompok:

1.      …………………………………..

2.      …………………………………..                 

3.      …………………………………..

4.      …………………………………..

5.      …………………………………..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEMBAR PENILAIAN  AKTIVITAS  SISWA DALAM DISKUSI PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI MELALUI MODEL BERKEMAH BERMEDIA LINGKUNGAN ALAM SEKITAR

 

Kelas / Kelompok      : VI SDN Pulungan  /  …………

Tindakan Siklus        : …………..

Topik Bahan Ajar     :……………………………………………….

 

No.

 

Deskriptor /

Kriteria Penilaian

(A – B – C – D)

Nama Siswa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.

Cara memperhatikan pendapat teman diskusi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

Mengemukakan jawaban atas pertanyaan teman

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Memberikaan pendapat atas permasalahan yang didiskusikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.

 

Cara menanggapi pendapat atas permasalahan yang didiskusikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

          Nilai akhir :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                       S N

   NA  =                                             X 10

                       ( S D ) (BN maks.)

                                  

 
Keterangan :

BS       : Baik Sekali, bobot nilai 4     

B         : Baik, bobot nilai 3    

C         : Cukup, bobot nilai 2

K         : Kurang, bobot nilai 1                                               

                                                                                     

 

 

Petunjuk Penilaian

Kemampuan Siswa dalam Berdiskusi

Deskriptor

Gejala yang Diamati

Kriteria Penilaian

Memberikan jawaban atas pertanyaan teman

a.       Pandangan mata tertuju pada teman yang berbicara, raut muka terekspresi memperhatikan sungguh-sungguh, dan disertai anggukan kepala sebagai eskpresi mengerti pendapat yang dikemukakan.

 

b.      Pandangan mata tertuju pada teman yang berbicara, raut muka terekspresi memperhatikan sungguh-sungguh.

 

c.       Pandangan mata tertuju pada teman yang sedang berbicara

 

d.      Pandangan mata tertuju pada objek lain, ketika ada teman diskusi menyampaikan pendapatnya

 

Baik Sekali Bobot  nilai 4

 

 

 

Baik bobot nilai 3

 

Cukup bobot nilai 2

 

Kurang bobot nilai 1

 

Mengemukakan jawaban atas pertanyaan teman

a.       Menjawab dengan benar  dan runtut berbahasa Indonesia dengan baik dan benar

 

b.      Menjawab dengan benar , tetapi kurang runtut, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar

 

c.       Menjawab salah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar

 

d.      Menjawab salah berbahasa Indonesia non baku

 

Baik Sekali bobot  nilai 4

 

Baik bobot nilai 3

 

Cukup bobot nilai 2

 

Kurang bobot nilai 1

 

Memberikaan pendapat atas permasalahan yang didiskusikan

a.       Pendapat  benar  dan runtut berbahasa Indonesia dengan baik dan benar

 

b.      Pendapat benar , tetapi kurang runtut, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar

 

c.       Pendapat salah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar

d.      Pendapat  salah berbahasa Indonesia non baku

 

Baik Sekali bobot nilai 4

 

Baik bobot nilai 3

Cukup bobot nilai 2

Kurang bobot nilai 1

Cara menanggapi pendapat atas permasalahan yang didiskusikan

a.       Tanggapan pendapat yang disampaikan sejalan yang dikemukakan oleh teman yang berpendapat, atau menyatakan kurang setuju atas pendapat temannya, karena dianggap kurang tepat, dan runtut disampaikan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar

 

b.      Tanggapan pendapat yang disampaikan sejalan yang dikemukakan oleh teman yang berpendapat, atau menyatakan kurang setuju atas pendapat temannya, karena dianggap kurang tepat, dan runtut, cenderung menggunakan bahasa Indonesia non baku

 

c.       Tanggapan pendapat yang disampaikan kurang tepat, dan tidak runtut

 

d.      Tanggapan pendapat yang disampaikan kurang tepat, disampaikan dengan nada emosional atau bahasa Indonesia non baku

 

Baik Sekali bobot nilai 4

 

 

 

 

Baik bobot nilai 3

 

 

 

Cukup bobot nilai 2

 

Kurang bobot nilai 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                    LEMBAR PENILAIAN

AKTIVITAS SISWA BEKERJA DALAM TIM PADA

PEMBELAJARAN GEOGRAFI MELALUI MODEL BERKEMAH

BERMEDIA LINGKUNGAN ALAM SEKITAR

 

Kelas  / Kelompok     : VI SDN Pulungan / ……..

Tindakan Siklus        : …………..

Topik Bahan Ajar     :……………………………………………….

 

No.

Deskriptor /

Kriteria Penilaian

(A – B – C - D)

Nama Siswa

 

Edy

 

 

 

 

 

 

 

1.

Bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dalam kegiatan "Perjalanan / Hiking"

3

 

 

 

 

 

 

 

2.

Bekerja sama untuk menyelesaikan tugas "Membaca Peta dan memanfaatkan peta dalam kegiatan Hiking

4

 

 

 

 

 

 

 

3.

Tanggung jawab dalam menylesaikan tugas-tugas

2

 

 

 

 

 

 

 

 

                       

                       Nilai akhir:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

S N

  NA  =                                      X 10

                  ( S D ) (BN maks.)

                                  

 

 
Keterangan :

BS       : Baik Sekali, bobot nilai 4                           

B         : Baik, bobot nilai 3                                                    

C         : Cukup, bobot nilai 2

K         : Kurang, bobot nilai 1

                         

Nilai akhir   9 : (3 x 4)   x 10  = 7,5

 

 

 

 

 

Petunjuk Penilaian

Aktivitas  Siswa Bekerja dalam Tim

Deskriptor

Gejala yang Diamati

Kriteria Penilaian

Bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dalam kegiatan "Perjalanan / Hiking"

a.       Setiap anggota kelompok saling membantu untuk menyelesaikan tugas dalam hal: bersedia menerima tugas, dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, dikerjakan dengan senang hati (terekspresi dari cara mengerjakan), dan tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuatnya.

 

b.      Setiap anggota kelompok saling membantu untuk menyelesaikan tugas dalam hal: bersedia menerima tugas, dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, dikerjakan dengan senang hati (terekspresi dari cara mengerjakan) 

 

c.       Setiap anggota kelompok saling membantu untuk menyelesaikan tugas dalam hal: bersedia menerima tugas, dapat, dikerjakan dengan senang hati (terekspresi dari cara mengerjakan), dan tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuatnya.

 

d.      Setiap anggota kelompok saling membantu untuk menyelesaikan tugas dalam hal: tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, dan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuatnya.

 

Baik Sekali bobot  nilai 4

 

 

 

 

Baik  bobot nilai 3

 

 

 

Cukup bobot nilai 2

 

 

 

 

Kurang bobot nilai 1

 

 

Bekerja sama untuk menyelesaikan tugas "Membaca Peta dan memanfaatkan peta dalam kegiatan Hiking

a.      Setiap anggota kelompok saling membantu untuk menyelesaikan tugas dalam hal: bersedia menerima tugas, dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, dikerjakan dengan senang hati (terekspresi dari cara mengerjakan), dan tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuatnya.

 

b.      Setiap anggota kelompok saling membantu untuk menyelesaikan tugas dalam hal: bersedia menerima tugas, dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, dikerjakan dengan senang hati (terekspresi dari cara mengerjakan) 

c.       Setiap anggota kelompok saling membantu untuk menyelesaikan tugas dalam hal: bersedia menerima tugas, dapat, dikerjakan dengan senang hati (terekspresi dari cara mengerjakan), dan tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuatnya.

 

d.      Setiap anggota kelompok saling membantu untuk menyelesaikan tugas dalam hal: tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, dan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuatnya.

 

Baik Sekali bobot  nilai 4

 

 

 

 

Baik bobot nilai 3

 

 

Cukup bobot nilai 2

 

 

 

 

Kurang bobot nilai 1

 

 

Tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas

a.       Dapat menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, tulisan rapi dalam menjawab tugas, tidak ada coretan tulisan sehingga kebersihan tulisan terjaga, dan LKS yang dikerjakannya terjaga bersih dan rapi.

 

b.      Dapat menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, tulisan rapi dalam menjawab tugas, tidak ada coretan tulisan sehingga kebersihan tulisan terjaga.

 

c.       Dapat menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, tulisan rapi dalam menjawab tugas

 

 

d.      Dapat menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu.

 

Baik Sekali bobot nilai 4

 

 

 

Baik bobot nilai 3

 

 

Cukup bobot nilai 2

 

Kurang bobot nilai 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 2 : Tindakan Pembelajaran Pengetahuan Sosial

(Geografi) dalam Gambar

KEGIATAN SISWA MENGINVESTIGASI PERUBAHAN MASYARAKAT DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN DI DESA PULUNGAN- SEDATI SIDOARJO DALAM GAMBAR

 

 

 

AKTIVITAS DISKUSI KELOMPOK SISWA KELAS VI SDN PULUNGAN SEDATI SIDOARJO DALAM GAMBAR

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Lampiran 2

 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 

1. Nama Lengkap                                : Drs. Sujarwanto, MPd.

2. Umur/Kelamin                                : 44 tahun/ Laki-laki

3. Pangkat/Golongan/NIP                   : Penata Tk. I  / IIId / 131 693 681

4. Jabatan                                            : Lektor

5. Kesatuan/ Perguruan Tinggi            : PGPLB/ FIP/ Universitas Negeri Surabaya

6 Alamat Kantor                                 : Kampus UNESA Lidah Wetan Surabaya.

                                                                          Telp. (031) 7532160

   Alamat Rumah                                 : Perum Bumi Candi Asri Blok E – 7  no.4 Sidoarjo

7. Kedudukan dalam Tim                   : Ketua

8 Riwayat Pendidikan Dalam dan Luar Negeri

 


  Macam Pendd.       Tempat          Tahun        Titel / Ijazah        Bidang Spesialisasi

 


UNS             Surakarta         1984          Drs. / S –1         Pend. Luar Biasa

            UPI              Bandung           2001        MPd. / S – 2       BP. Anak Berkebutuhan                                                                                                                    Khusus

 

9.   Pengalaman Bidang Penelitian

a.  Peningkatan aktivitas dan perolehan belajar mata kuliah metode penelitian ALB II   bagi mahasiswa program PGPLB FIP Unesa

b. Peningkatan keterampilan berpikir mahasiswa dalam mengenali perilaku anak  tunalaras melalui model pembelajaran berkemah dan strategi belajar kognitif dan metakognitif

             

Surabaya, April 2006

Ketua Peneliti

 

 

Drs. Sujarwanto, MPd.

   NIP. 131 693 681

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 2

 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 

1. Nama Lengkap                                : Dr. Siti Masitoh, MPd.

2. Umur/Kelamin                                : 49 tahun/ Perempuan

3. Pangkat/Golongan/NIP                   : Pembina Tingkat I / IVb / 131 405 951

4. Jabatan                                            : Lektor Kepala

5. Kesatuan/ Perguruan Tinggi            : PGPLB/ FIP/ Universitas Negeri Surabaya

6 Alamat Kantor                                 : Kampus UNESA Lidah Wetan Surabaya.(60213)

                                                                          Telp. (031) 7532160 Faksimil (031) 7532112

   Alamat Rumah                                 : Pondok sedati Asri Blok E – 5 Sedati Sidoarjo

                                                                          Telp. (031) 8910859  Hp. 08155054366

7. Kedudukan dalam Tim                    Anggota

8 Riwayat Pendidikan Dalam dan Luar Negeri

 

Macam Pendidikan

Tempat

Tahun

Titel

Bidang Spesialisasi

IKIP

Surabaya

1982

Dra / S-1

Pendidikan Umum

Univ. Neg. Malang

Malang

2000

PMd / S-2

Teknologi Pembelajaran

Univ. Neg. Malang

Malang

2006

Dr. / S-3

Teknologi Pembelajaran

 

9. Pengalaman Bidang Penelitian

a.         Pemanfaatan tenaga kerja anak tunarungu lulusan SLB/B dalam   upaya meningkatkan sumberdaya manusia produktif di PT Maspion Waru Sidoarjo.

b.        Pemberdayaan narapidana wanita sebagai sumberdaya manusia produktif di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Malang.

c.         Akulturasi unsur budaya industri  di desa Kalisongo kecamatan Dau kabupaten Malang

d.        Motivasi dan pola kerja wanita pedesaan pada perusahaan-perusahaan di kabupaten Sidoarjo

e.         Sosialisasi nilai-nilai ideal dalam keluarga wanita karier di Sidoarjo 

f.         Upaya peningkatan perolehan belajar matematika melalui strategi pembelajaran bermain dan media pembelajaran papan planel yang dimodivikasi bagi siswa SLB/C (Tunagrahita)

g.        Peningkatan aktivitas dan perolehan belajar mata kuliah metode penelitian ALB II bagi mahasiswa program PGPLB FIP Unesa

h.        Peningkatan keterampilan berpikir mahasiswa dalam mengenali perilaku anak  tunalaras melalui model pembelajaran berkemah dan strategi belajar kognitif dan metakognitif                                                          

                                                                                             Surabaya, April 2006

Anggota Peneliti

 

 

 Dr. Siti Masitoh, MPd.

NIP. 131 405 951

 

Lampiran  2

 

 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 

1. Nama Lengkap                                : Djumini, S.Pd.

2. Umur/Kelamin                                : 47 tahun/ perempuan

3. Pangkat/Golongan                          : Penata Tk. I  / IIId

4. Jabatan                                            : Guru

5. Kesatuan/ Unit Kerja                      : SDN Pulungan No. 552

6 Alamat Kantor                                 : Jl. Perintis II No. 34B Telp. (031) 8912440

   Alamat Rumah                                 : Desa Wadung Asih Buduran Sidoarjo

7. Kedudukan dalam Tim                   : Anggota

 

8 Riwayat Pendidikan Dalam dan Luar Negeri

 


  Macam Pendd.       Tempat          Tahun        Titel / Ijazah        Bidang Spesialisasi

 


    IKIP PGRI          Sidoarjo          1999           S.Pd. / S –1         Geografi              

 

 


9.    Belum ada

Surabaya, April 2006

Anggota Peneliti

 

 

       Djumini, S.Pd.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran  2

 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 

1. Nama Lengkap                                : Taryono, S.Pd.

2. Umur/Kelamin                                : 40 tahun/ laki-laki

3. Pangkat/Golongan                          : Penata / IIIc

4. Jabatan                                            : Guru

5. Kesatuan/ Unit Kerja                      : SDN Pulungan No. 552

6 Alamat Kantor                                 : Jl. Perintis II No. 34B Telp. (031) 8912440

   Alamat Rumah                                 : Perumahan SDN Pepe Sedati sidoarjo

7. Kedudukan dalam Tim                   : Anggota

 

8 Riwayat Pendidikan Dalam dan Luar Negeri

 


  Macam Pendd.       Tempat          Tahun        Titel / Ijazah        Bidang Spesialisasi

 


    IKIP PGRI          Sidoarjo            2000         S.Pd. / S –1         Seni Rupa.           

 

 


9.    Belum ada

Surabaya, April 2006

Anggota Peneliti

 

 

 

                                                                                                                  Taryono, S.Pd.     


 

 

0 comments