Sepeda Pustaka Baca

Hari ini saya dan keluarga mendapat kehormatan dengan adanya kunjungan ke gubug saya dari seorang pejuang literasi yang luar biasa, Eko Suyoko namanya. Sehari-hari dia mengayuh sepedanya dengan membawa kotak di bagian belakang berisikan buku bacaan anak usia sekolah dasar yang ditutupi sebuah banner spanduk bertuliskan "Sepeda Pustaka Baca"

Eko Suyoko mengayuh sepadanya dari gang ke gang, dari kota ke kota, dan dari provinsi satu ke provinsi lainnya. Pria yang berasal dari solo ini memulai rangkaian tour Kalimantan dengan bersepeda mulai dari Balikpapan, Samarinda, Bontang, dan akhirnya sampai Sangatta. Rencananya Edi Suyoko akan meneruskan perjalanannya ke Bengalon, Muara Wahau, Kongbeng,  Berau hingga ke Kalimantan Utara. Semangat tak kenal lelah ini dia sematkan di dalam hatinya bertujuan untuk mengajak anak-anak usia sekolah dasar untuk gemar membaca, mencintai buku dan mengurangi penggunaan gadget ataupun smartphone.

Hal sederhana yang dilakukan Edi Suryoko ini diharapkan kedepannya ada bermunculan pelopor-pelopor literasi yang mampu menggerakkan dan menggelorakan Kutai Timur sebagai masyarakat yang berbudaya literasi sebagaimana yang telah dicanangkan "Kutai Timur sebagai Kabupaten Literasi" pada tanggal 25 Januari 2017 yang lalu oleh Bupati Kutai Timur, Ir. H. Ismunandar, MT.

Ditemani seorang teman yang aktif pada sebuah komunitas radio, Eko Suryoko mengajak saya berdiskusi banyak tentang dunia kepustakaan, minat baca, dan bagaimana agar anak anak gemar membaca. Agar anak-anak usia sekolah dasar gemar membaca tentu tidak dapat dipisahkan dari industri perbukuan.Tahun 2007 yang lalu saya pernah menulis sebuah buku berjudul "manajemen perpustakaan digital" bahwa ada 4 (empat) pilar utama yang ada dalam industri perbukuan. 4 pilar utama tersebut, yaitu: (1) pengarang, (2) penerbit (maupun percetakan), (3) distributor, dan (4) konsumen.

Pertama, pengarang merupakan pilar utama yang harus ada dalam penggalakkan industri perbukuan. Penggalakkan upaya pengembangan dan perkembangan perbukuan nasional diharapkan adanya adanya pengarang/penulis berbakat dan hasil karya yang berupa buku-buku yang berkualitas, jurnal, dan semisalnya. Sehingga memberi peluang kepada penulis-penulis ataupun pengarang-pengarang untuk mengembangkan potensinya.

Kedua, selain adanya pengarang juga dibutuhkan adanya penerbit yang bersinergi dengan pengarang. Pengarang menghasilkan karya, sedangkan penerbit berfungsi menerbitkan hasil karya pengarang. Namun tidak dapat dinafikan, sulitnya pengarag menembus ketatnya persaingan dalam menerbitkan karya, mengindikasikan bahwa hanya karya-karya bermutu dan berkualitas sajalah yang layak terbit. Sehingga, dibutuhkan suatu wahana untuk memuluskan hasil karya anak bangsa ini misalnya ditelorkannya kebijakan pemerintah menerbitkan karya tersebut walaupun hanya sekedar sebagai prototif buku-buku "drop-dropan" dari pemerintah dengan catatan karya tersebut sesuai dengan budaya, corak, dan kebutuhan sekolah penerima.

Ketiga, distributor ini merupakan kepanjangan tangan dari penerbit dan pengarang untuk mendistribusikan hasil terbitan penerbit yang bersangkutan. Dan keempat, adalah konsumen yang menjadi objek dalam pengembangan dan perkembangan industri perbukuan. Konsumen membeli buku-buku yang mereka perlukan. 

Di akhir kesempatan berjumpa dengan Bapak Edi Suryoko, kedua anak saya Nahla dan Nala memberikan sumbangan beberapa buku miliknya. Saya ceritakan kepada anak-anak saya yang saat ini berada di bangku kelas dua sekolah dasar dan Nala yang masih bersekolah di taman kanak-kanak untuk berbagi buku bacaan kepada saudara-saudaranya yang ada di wilayah lain. Pun demikian dengan saya memberikan buku-buku hasil karya tulisan saya untuk dibawa oleh Edi Suryoko berkeliling ke seluruh wilayah Indonesia untuk terus menyuarakan dan mengajak agar anak-anak gemar membaca dan berbudaya literasi. (*)

#Noto_Sandal_Sakdurunge_Noto_Ati

0 comments